Jogja
Minggu, 5 November 2017 - 04:20 WIB

Cara Alami Rawan Gagal, Penetasan Penyu Trisik Dilakukan Manual

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah seorang konservator sedang bersama penyu di lokasi konservasi penyu 'Abadi' di Pantai Trisik, Desa Banaran, Jumat (3/11/2017). (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Telur-telur penyu lekang di konservasi penyu Pantai Trisik, Desa Banaran, terpaksa harus ditetaskan secara manual

Harianjogja.com, KULONPROGO– Telur-telur penyu lekang di konservasi penyu Pantai Trisik, Desa Banaran, terpaksa harus ditetaskan secara manual.

Advertisement

Hal itu dilakukan dengan pertimbangan apabila telur dibiarkan menetas secara alami, maka kemungkinan gagal tetas sangat tinggi.

Ketua Kelompok Konservasi Penyu ‘Abadi’ Pantai Trisik, Joko Samudro mengungkapkan, kegagalan itu salah satunya disebabkan banyaknya predator di Pantai Trisik seperti burung, kucing, anjing dan hewan lain. Tukik atau bayi penyu yang baru menetas, rawan dimangsa predator tersebut.

Lokasi telur menetas, juga sangat berpengaruh bagi keberlangsungan hidup tukik. Jika terlalu dalam, dan ada lubang sedikit saja misalnya, maka tukik tidak bisa naik lalu mati. Sehingga, apabila telur ditetaskan secara manual, kedalamannya bisa terjaga. Faktor lain yang mengancam kelestarian hewan yang memiliki nama latin Lepidochelys oliviacea itu adalah manusia.

Advertisement

“Manusia kerap mengambil telur penyu dari sarang, kemudian dijual,” kata dia, Jumat (3/11/2017).

Joko menyebutkan, pada 2004 lalu, ada empat sarang penyu lekang di Pantai Trisik. Seiring pemeliharaan yang dilakukan, jumlahnya bertambah hingga mencapai 17 sarang.

Namun, dalam tiga tahun terakhir hanya ada empat sarang penyu lekang di Trisik. Sehingga, pihaknya menilai, kelestarian satu dari tujuh spesies penyu langka di dunia ini, harus diusahakan dengan semangat yang besar.

Advertisement

Ia menyatakan, keberadaan tambak udang yang menimbulkan suara bising disertai sorotan lampu, disinyalir menjadi penyebab utamanya. Padahal, penyu membutuhkan suasana yang cenderung gelap dan hening, sebagai lokasi bertelur.

“Kalau penyu mau bertelur, kemudian ada suara kehadiran orang atau cahaya lampu, tidak jadi,” lanjutnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif