Jogja
Selasa, 31 Oktober 2017 - 09:55 WIB

Jalur Selatan Dibuka, Wilayah Udara Jogja Tambah Padat

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Dok)

Kepadatan penerbangan diprediksi tak hanya untuk penerbangan domestik 
semata, tetapi juga penerbangan internasional dengan rute serupa

Harianjogja.com, SLEMAN-Sejumlah jalur penerbangan mulai beralih setelah jalur udara wilayah selatan mulai dibuka 12 Oktober 2017. Oleh karena itu, kepadatan jalur penerbangan di DIY diperkirakan akan bertambah selain dengan adanya bandara baru di
Kulonprogo.

Advertisement

Pembukaan jalur baru ini membuat sejumlah penerbangan dari barat ke timur, seperti Jakarta ke Nusa Tenggara, dialihkan ke selatan, dari yang biasa melalui wilayah utara. Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) DIY Prasetya
Budiarto mengatakan, penambahan diperlukan peningkatan antisipasi penanganan kecelakaan penerbangan.

“Mengurangi kepadatan jalur utara, itu menuntut kesiapan semua pihak untuk hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan,” ujar dia dalam rapar koordinasi kecelakaan penerbangan di Depok, Sleman pada Senin (30/10/2017).

Selama beberapa waktu belakangan pascaaktivasi jalur selatan, ia menilai jalur penerbangan masih relatif aman meski persiapan, khususnya di wilayah DIY tetap diperlukan. Kepadatan penerbangan diprediksi tak hanya untuk penerbangan domestik
semata, tetapi juga penerbangan internasional dengan rute serupa.

Advertisement

Meski belum bisa dipastikan, kemungkinan penerbangan internasional arah barat ke timur juga akan melintasi jalur selatan. Terlebih dengan adanya bandara baru Kulonprogo yang juga akan menyediakan rute mancanegara dan akan beroperasi dalam beberapa tahun mendatang.

Sementara itu, Kepala Subdit Pengarahan Potensi dan Pengendalian Operasi Basarnas Agus Haryono menerangkan, jika potensi kecelakaan penerbangan relatif lebih sedikit dibandingkan lainnya. Namun, dampaknya diakui sangat besar sehingga perlu kerja sama yang kuat baik dalam penanganan maupun antisipasinya.

Berdasarkan pantauan Basarnas dalam dua tahun belakangan, Papua menjadi wilayah udara di Indonesia dengan kasus kecelakaan penerbangan paling tinggi disusul dengan Kepulauan Sulawesi. “Karena transportasi menjadi yang paling utama dan banyak pesawat kecil,” jelasnya.

Advertisement

Selain itu, secara geografis, Papua juga memiliki banyak pegunungan sehingga transportasi darat dan laut sulit dijangkau dibandingkan udara. Lebih lanjut, ia berharap pembangunan jalur darat Trans-Papua yang digagas presiden bisa meminimalisir kasus kecelakaan penerbangan di area tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif