SOLOPOS.COM - Dusun Jati dan Mojowuro selenggarakan merti dusun, di Jati, Sriharjo, Imogiri, Jumat (27/10/2017). (Harian Jogja/Herlambang Jati Kusumo)
“Tujuan acara ini kirim doa ke leluhur, wujud syukur limpahan rejeki hasil panen, pada intinya mensyukuri nikmat yang diberikan Allah”
Harianjogja.com, BANTUL-Dusun Jati dan Mojowuro selenggarakan merti dusun, di Jati, Sriharjo, Imogiri, Jumat (27/10/2017). Wujud syukur masyarakkat ini setidaknya diikuti 3.000 peserta.
Dukuh Jati Bambang Rinaldi mengatakan, merti dusun ini rutin diselenggarakan setiap tahun untuk melestarikan tradisi yang ada. “Tujuan acara ini kirim doa ke leluhur, wujud syukur limpahan rejeki hasil panen, pada intinya mensyukuri nikmat yang diberikan Allah,” kata Bambang.
Kegiatan setahun sekali pada awal bulan sapar, selasa kliwon maupun jumat kliwon pertama itu menyajikan berbagai rangkaian acara seperti prosesi bersih makan, bersih sendang gayam, penampilan kesenian, upcara kirab, jatilan, hadroh, dan karawitan.
Bambang berharap dengan kegiatan ini dapat menjaga ketentraman dusun, warga semakin sejahtera hasil panen melimpah. Selain itu diharapkan pemerintah atau dinas terkait lebih perhatian dengan masyarakatnya yang ingin melestarikan budaya, karena dana selama ini hanya dihimpun dari masyarakat saja.
Dusun Jati sendiri memiliki berbagai potensi budaya sepert dalang, karawitan, reog, gejog lesung yang sering tampil tingkat kecamatan dan kabupaten. Ia berharap potensi itu menjadi perhatian pemerintah.
Salah satu peserta, Kamidi mengaku senang dengan tradisi turun temurun yang masih dilestarikan. Dia juga mengatakan, Sendang Gayam yang menjadi tempat Merti Dusun, di Sriharjo dulu sering dikunjungi Sri Sultan HB IX. “Ini juga bagian dari sejarah yang tidak dibukukan,” kata dia.