Jogja
Sabtu, 28 Oktober 2017 - 15:20 WIB

Mengenang 7 Tahun Erupsi Merapi, Relawan di Bantul Ziarah Makam

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Erupsi Gunung Merapi tujuh tahun silam tak hanya menyisakan duka tapi juga semangat dan keteladanan

Harianjogja.com, BANTUL–Erupsi Gunung Merapi tujuh tahun silam tak hanya menyisakan duka tapi juga semangat dan keteladanan. Salah satunya adalah almarhum Tutur Priyanto, relawan PMI Bantul. Pada peringatan tujuh tahun erupsi Gunung Merapi, para relawan dari berbagai komunitas berziarah di pusaranya.

Advertisement

Salah seorang relawan PMI Bantul, Mario mengatakan semangat dan keteladanan alm Tutur Priyanto masih menjadi motivasi bagi para relawan hingga kini. Menurutnya sosok Tutur selalu menginspirasi melalui perjuangannya di setiap lokasi bencana.

Tidak hanya di DIY, Tutur diketahui pernah menjadi relawan di berbagai daerah bencana seperti gempa Tasikmalaya, gempa Jambi 2009 dan banjir Bengawan Solo 2007. Tutur yang juga menjabat sebagai Komandan Banser Kecamatan Kasihan saat itu bahkan seringkali merogoh koceknya sendiri untuk menanggung operasionalnya dan beberapa relawan yang lain.

“Beliau tak menunggu instruksi. Karena baginya penanganan kebencanaan butuh reapon cepat,” ungkapnya, Jumat (27/10/2017).

Advertisement

Mario juga menceritakan sosok Tutur saat menjadi Koordinator Klinik Rehabilitasi Medik Gempa Bantul 2006. Dalam tahap recovery korban gempa saat itu, ia melihat kedekatan Tutur dengan para korban.

Perhatian yang diberikan Tutur membuat program itu berhasil memperbaiki kondisi para korban yang mulai putus asa karena menderita cacat permanen. Ia menambahkan gugurnya Tutur pada 26 Oktober 2010 lalu menjadi pukulan bagi para relawan yang saat itu tengah berusaha menyelamatkan nyawa ribuan orang dari terjangan awan panas Merapi.

“Beliau pernah bilang, seseorang akan mati tidak jauh dari kesenangannya dan almarhum meninggal saat sedang menjalankan tugas,” kenangnya.

Advertisement

Seorang relawan yang dikenal dekat dengan Tutur, Desi Nur Anggraini menuturkan kejadian tujuh tahun silam tersebut.  Kala itu beberapa hari sebelum terjadi erupsi, seluruh relawan sudah diperingatkan agar siaga jika sewaktu-waktu Merapi meletus.  Ribuan warga di lereng Merapi sudah dipindahkan di barak-barak dan pengungsian menjauhi radius bahaya.

Hari kedua status awas Merapi tanggal 26 Oktober 2010, beberapa warga Dusun Kinahrejo belum mengungsi termasuk Mbah Marijan. Saat itulah Tutur naik untuk mengevakuasi warga Kinahrejo bersama Reporter Vivanews.com, Yulianto Nugroho.

Ia juga menjemput Juru Kunci Merapi, Mbah Marijan. Sekitar pukul 18.09 WIB, Desi mengungkapkan almarhum Tutur sempat mengirimkan SMS kepada relawan di Bantul mengabarkan bahwa Merapi sudah benar-benar meletus. “Setelah sms itu kami kehilangan kontak,” sebutnya.

Akhirnya diketahui Tutur menjadi korban bersama Mbah Marijan dan 26 korban lain yang tidak sempat menyelamatkan diri. Raut muka Desi seketika menunjukkan kesedihan yang mendalam mengingat kembali bagaimana relawan PMI ini harus meregang nyawa dalam tugasnya. Namun menurutnya prinsip dan semangat Tutur terus menginspirasi para relawan hingga kini.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif