Jogja
Kamis, 26 Oktober 2017 - 12:20 WIB

Tukik Lambat 'Pulang', Hasto Tunjukkan Jalan

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo (paling kanan dan bertopi) sedang mencoba melepasliarkan tukik, di tepian Pantai Trisik, Rabu (25/10/2017). (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Rabu (25/10/2017) nampaknya akan menjadi hari bersejarah bagi ratusan tukik-tukik mungil…

Harianjogja.com, KULONPROGO- Rabu (25/10/2017) nampaknya akan menjadi hari bersejarah bagi ratusan tukik-tukik mungil, yang berhasil dirawat oleh Kelompok Konservasi Penyu Abadi. Karena mereka dilepasliarkan di tepian pantai Trisik, oleh para karyawan PT Perusahaan Listrik Negara/PLN (Persero), Bupati Kulonprogo dan segenap konservator.

Advertisement

Sekitar pukul 08.30 WIB, langit di pantai yang berada di Desa Banaran, Kecamatan Galur itu nampak menghitam. Warna hitamnya memang tidak sehitam tubuh si kecil tukik. Tapi udara dingin yang mulai menyentuh kulit, seakan memberi kabar bahwa hujan akan segera tiba.

Dan benar saja, gerimis turun perlahan. Titik-titik air menempel di pakaian. Kendati cuaca nampak murung, sepertinya tidak dengan isi hati tukik. Karena di hari itu, mereka akan dikembalikan ke habitat asli mereka.

Advertisement

Dan benar saja, gerimis turun perlahan. Titik-titik air menempel di pakaian. Kendati cuaca nampak murung, sepertinya tidak dengan isi hati tukik. Karena di hari itu, mereka akan dikembalikan ke habitat asli mereka.

Sejumlah relawan dari sebuah universitas negeri di Jogja, berjalan dari arah penangkaran menuju bibir pantai. Tangan mereka membawa ember kecil plastik berwarna-warni. Di dalamnya ada air dan tukik kecil. Wajah-wajah sumringah mereka seakan ingin menyalurkan semangat bagi tukik, sebelum mereka menghadapi kedalaman air laut. Sampai di bibir pantai, gerimis agak mereda. Namun bintik air dari langit, tetap saja jatuh dan memberikan bekas di pakaian.

Tukik-tukik berusia 1,5 tahun itu kemudian dikeluarkan satu per satu dari embernya. Sejumlah pejabat mendapat kesempatan pertama untuk melepas tukik, sebelum anak-anak usia Pendidikan Anak Usia Dini turut melakukannya. Mulai dari para pejabat di internal perusahaan PT PLN (Persero), Camat Galur hingga Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo.

Advertisement

Karena kelak, bila ia berhasil tumbuh dewasa dan akan bertelur, ke pantai Trisiklah mereka akan kembali. Hasto dan para pelepasliar lainnya menyiramkan air laut perlahan-lahan kepada tukik-tukik. Namun tetap saja, pergerakan mereka tak kunjung mendekati perairan. Walaupun pagi itu, gelombang pasang cukup besar dan cukup jauh menjangkau area pantai.

Hasto nampaknya geregetan. Ia melihat tukik tak kunjung bergerak, sembari mendengar celetukan-celetukan orang-orang yang berada di sekitarnya. Lalu ia maju membelakangi pantai, dan membuat sebuah garis lebar, mulai dari jarak terdekat dengan tukik, hingga beberapa sentimeter menuju ke arah pantai. Telapak tangannya mulai penuh pasir pantai hitam, namun ia beberapa kali kembali ‘mempertebal jalan’  tukik buatannya.

“Siapa tahu dia perlu dibuatkan jalan ini,” kata dia, kacamata hitam trendi, tetap menempel melindungi matanya dari angin dan cahaya pantai. Saat itu cahaya matahari memang mulai muncul di pantai Trisik.

Advertisement

Tukik-tukiknya tak jua berjalan mendekati pantai, Hasto maju semakin mendekati pantai, tanpa mempedulikan sepatunya yang masih hitam pekat tak banyak noda. Sebelumnya ia telah memasukkan tukik-tukik yang sebelumnya telah ia lepas ke pasir pantai, kembali ke dalam ember.

Jangkauan air pantai semakin jauh, Hasto kembali mencoba membuat tukik berjalan menuju pantai. Kemudian konservator membantunya, dengan membawa tukik semakin mendekati air laut. Tukik mulai terbiasa dengan air asin, laut dan pantai dan membiarkan tubuh mereka terbawa ke luasnya lautan.

Hasto mengatakan, pantai Trisik sejak dahulu sering menjadi tempat penyu bertelur. Pemerintah Kabupaten Kulonprogo tak tinggal diam dalam menjaga habitat penyu. Karena bekerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk menjaga ekosistem penyu di Trisik. Pantai yang bersebelahan dengan pantai Bugel itu, juga didapuk sebagai pantai yang diperuntukkan bagi konservasi penyu, sehingga di sana teramat dilarang berdiri penginapan dan hotel.

Advertisement

Bahkan, menjadikan pantai Trisik sebagai lokasi wisata konservasi, tak muncul di kepalanya. Baginya itu hanya membuat kontroversi. Karena penyu cenderung tak mau mendarat untuk bertelur, kalau banyak manusia atau cahaya di pantai.

Ketua Kelompok Konservasi Penyu ‘Abadi’ Trisik, Joko Samudro mengatakan, akibat cuaca yang semakin tak menentu, jumlah telur penyu yang berhasil ditetaskan semakin lama semakin berkurang.

Pada tahun lalu, ada 18 sarang penyu hijau yang mereka temukan di pantai. Namun pada tahun ini, hanya empat sarang saja. Jumlah telur siap tetas, juga semakin berkurang, saat para tim pelestari itu kalah cepat dengan para predator atau musuh penyu.

Kucing, garangan, burung laut kerap lebih dahulu menemukan sarang penyu dan memakan telur-telur. Manusia juga tak kalah jahil, mencuri telur penyu dari sarang, dan menjualnya dengan harga mencapai Rp5.000 per butirnya. Konon, bakal tukik itu bisa digunakan sebagai obat penambah vitalitas pria.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif