Jogja
Rabu, 25 Oktober 2017 - 07:40 WIB

Warga Terdampak Bandara Harus Hadapi Hujan dan Hunian Baru yang Belum Jadi

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah seorang warga terdampak pembangunan bandara sedang memasak, di kediamannya yang masih belum 100% selesai dibangun, di lahan relokasi Desa Janten, Temon, Kulonprogo, Selasa (24/10/2017). (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Kondisi hunian baru warga terdampak bandara masih memprihatinkan.

Harianjogja.com, KULONPROGO— Sejumlah warga terdampak pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Desa Janten, Kecamatan Temon, Kulonprogo, pindah secara mendadak ke hunian baru mereka di area relokasi, setelah Perusahaan Listrik negara (PLN) memutus aliran listrik di kediaman lama mereka yang terkena proyek bandara pada Senin (23/10/2017) sore. Di sisi lain, kondisi hunian baru di area relokasi masih memprihatinkan.

Advertisement

Salah seorang warga Dusun Ngringgit, Desa Palihan, yaitu Waluyo mengatakan, ia terpaksa harus mulai mengusung barang-barangnya pindah ke rumah barunya sejak Senin sore. Pindahan ia lakukan, setelah ia mendapat kabar dari petugas PLN bahwa tidak ada lagi toleransi waktu bagi warga, yang ingin bertahan di kediaman mereka. Sehingga, Waluyo terpaksa pindah, walaupun rumah di Janten belum layak huni.

“Kami pindahan sampai larut malam, bahkan motor ada yang saya tinggal di rumah lama. Kalau hilang ya sudah, mau mengambilnya masih capek, nanti saja,” ungkapnya, ditemui di teras rumah barunya, Selasa (24/10/2017).

Waluyo menyebutkan, ia sesungguhnya belum mau pindah, dan menunggu rumah cukup layak untuk ditinggali. Pada malam kepindahannya saja, ia masih harus mengurusi aliran listrik di rumahnya yang belum menyala.

Advertisement

Rumah Waluyo adalah satu di antara sejumlah rumah yang belum selesai pengerjaannya, di kompleks relokasi Desa Janten. Kendati sudah beratap, lantai masih berupa semen kasar, selain itu belum berjendela baik di ruang tamu dan kamar. Pintu kamar belum terpasang dan septic tank yang belum ada juga menyebabkan keluarganya belum sepenuhnya siap tinggal di rumah relokasi.

Sementara itu, warga lainnya yang juga tinggal di relokasi Janten, Sajuri menuturkan dirinya sudah diberi tahu bahwa ia harus segera hengkang dari kediamannya paling lambat pada 24 Oktober 2017. Sedangkan pada 25 Oktober 2017, alat berat akan datang dan menghancurkan rumah mereka. Sehingga apabila pada tanggal itu warga masih bertahan dan barang-barang mereka ada di dalam rumah, maka hal itu akan menjadi risiko yang harus ditanggung sendiri oleh warga.

Ia terpaksa segera memindahkan barang-barangnya dari rumah lama ke rumah baru, walaupun rumah barunya masih belum selesai dibangun. Terpenting baginya, rumah tersebut dapat ia gunakan untuk berteduh. Saat ini ia dan para pekerja berusaha untuk berkejar-kejaran dengan waktu dan hujan yang terus turun.

Advertisement

Manajer Proyek NYIA PT Angkasa Pura I, Sujiastono mengatakan, setelah listrik dicabut, maka rumah-rumah warga yang ada di lahan pembangunan langsung dirobohkan dengan alat berat. Langkah itu masuk dalam tahapan land clearing. Dari jumlah total 550 Hektare (Ha) lahan yang harus dibersihkan, PT Pembangunan Perumahan sudah membersihkan sekitar 400 Ha lahan, di dalamnya sudah termasuk areal permukiman warga terdampak.

Pembersihan yang sudah dilakukan itu, adalah lahan yang digunakan sebagai sisi airside meliputi landasan pacu, taxiway, dan apron. Saat ini pembersihan lahan diperuntukkan bagi lahan yang akan digunakan untuk landside. Area ini nantinya terdiri dari terminal penumpang, jalan masuk dan aeral parkir. Sujiastono menyebutkan, setelah relokasi selesai, dan pengumuman dokumen Analisis Dampak Lingkungan (Amdal), maka pihaknya akan mulai mengerjakan konstruksi NYIA.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif