Jatim
Minggu, 22 Oktober 2017 - 11:07 WIB

KISAH INSPIRATIF : Kreatif, Siswi SMP Ponorogo Ubah Eceng Gondok Jadi Bioethanol Ramah Lingkungan

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ketia siswi SMPN 1 Jetis Ponorogo berfoto bersama guru pendamping memegang piala LKTI se-Jawa, Jumat (20/10/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Kisah inspiratif, eceng gondok diubah jadi bioethanol yang ramah lingkungan.

Madiunpos.com, PONOROGO — Eceng gondok kerap menjadi masalah bagi petani. Tetapi, di tangan tiga siswi SMP Negeri 1 Jetis, eceng gondok memiliki daya guna lain yang bermanfaat dan bisa menjadi energi terbarukan.

Advertisement

Mar’aa Refina Robbah, Dinar Ayu Pratiwi, dan Ravynda Febyola Haidar, adalah arsitek di balik inovasi eceng gondok yang diolah menjadi bioethanol gel dan EOC baterai yang ramah lingkungan. Hasil penelitian tersebut memenangi lomba karya tulis ilmiah (LKTI) IX yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Pendidikan IPA Universitas Negeri Yogyakarta pada 30 September 2017.

Kepada Madiunpos.com, Mar’aa Refina Robbah, 14, menceritakan ide awalnya muncul saat ia melihat banyaknya eceng gondok di desanya. Di sungai maupun di areal persawahan banyak eceng gondok yang dianggap mengganggu tanaman pertanian.

Advertisement

Kepada Madiunpos.com, Mar’aa Refina Robbah, 14, menceritakan ide awalnya muncul saat ia melihat banyaknya eceng gondok di desanya. Di sungai maupun di areal persawahan banyak eceng gondok yang dianggap mengganggu tanaman pertanian.

Warga setempat juga hanya memandang sebelah mata tanaman yang dianggap mengganggu itu. Akhirnya Mar’aa bersama dua temannya melakukan penelitian mengenai kegunaan dan kandungan eceng gondok tersebut.

Ternyata eceng gondok mengandung bioethanol yang bisa dimanfaatkan untuk energi terbarukan yang bermanfaat untuk masa depan. Setelah itu, tiga siswi kelas IX tersebut mulai mendalami eceng gondok dari berbagai jurnal ilmiah hingga melakukan penelitian.

Advertisement

Proses pengolahan eceng gondok menjadi bioethanol gel pertama-tama eceng gondok seberat 10 kg dimasukkan ember dan kemudian diberi air 3 liter serta diberi ragi sebanyak 100 gram. Kemudian difermentasikan dan dibiarkan selama 14 hari.

Setelah 14 hari didiamkan, kemudian air hasil fermentasi didestilasi menggunakan alat khusus. Air bioethanol dari eceng gondok itu pun jadi. Kemudian air bioethanol dicampur metil selulosa dan beberapa bahan kimia lainnya.

“Dari 10 kg eceng gondok dihasilkan 200 ml bioethanol,” kata ketua kelompok tim LKTI SMPN 1 Jetis.

Advertisement

Selanjutnya, bioethanol cair itu diolah menjadi gel. Dengan bioethanol sekitar 200 ml ini bisa untuk memasak sekitar 2 jam penuh dan api yang dihasilkan pun besar.

“Kalau dibandingkan dengan sumber energi lain. Ini lebih murah dan juga lebih ramah lingkungan,” ujar warga Ponorogo ini.

Selain bisa menghasilkan bioethanol, eceng gondok juga bisa dimanfaatkan untuk isian baterai. Daya yang dihasilkan cukup besar yaitu untuk eceng gondok basah sebesar 2,4 volt dan eceng gondok kering 3,6 volt.

Advertisement

Cara yang dilakukan yaitu eceng gondok tersebut dihaluskan. Kemudian eceng gondok dimasukkan di dalam wadah baterai bekas.

Guru pendamping tim LKTI SMPN 1 Jetis, Siti Nur Wahidah, mengatakan tim LKTI dengan mengambil bahan eceng gondok ini menjadi yang terbaik di ajang lomba LKTI se-Jawa yang diselenggarakan UNY pada 30 September lalu.

Tim bioethanol eceng gondok dari SMPN 1 Jetis tersebut menyisihkan 100 proposal LKTI lainnya. SMPN 1 Jetis mengirimkan enam proposal dan yang masuk 10 nominasi empat proposal.

“Dua proposal dapat juara. Juara pertama bioethanol eceng gondok dan juara kedua inovasi poca liparin yang juga dari SMPN 1 Jetis,” jelas dia.

Saat ini hasil penelitian dari siswa SMPN 1 Jetis itu hanya digunakan untuk kebutuhan sekolah. Misalnya perapian membakar malam dalam kegiatan membatik. Untuk pengembangan ke produksi massal, dia belum memikirkannya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif