Jogja
Minggu, 22 Oktober 2017 - 23:20 WIB

Buya Syafii Sebut Mental Masyarakat Masih Terjajah

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Buya Syafii Maarif (kanan) saat menjadi keynote speaker dalam Seminar Nasional Bisikan Dari Jogja terkait Refleksi Evaluasi dan Rekomendasi Bidang Kebudayaan Tiga Tahun Pemerintahan Jokowi-JK, Sabtu (21/10/2017) di Jogjakarta Plaza Hotel. (Harian Jogja/Abdul Hamid Razak)

Bangsa Indonesia, kata Buya, masih bermental terjajah, peminta-minta dan menjadi alat

Harianjogja.com, SLEMAN-Revolusi mental yang diusung Jokowi-JK masih belum maksimal diimplementasikan. Persoalannya, mental bangsa bukan bukan manusia merdeka tetapi mental terjajah.

Advertisement

Buya Syafii Maarif mengungkapkan, tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK dinilai berkembang positif dengan sejumlah kelemahan. Dia mengatakan, pembangunan infrastruktur pemerintahan Jokowi berlangsung masif hampir di semua daerah. Dia menyebut pembangunan infrastruktur di era Jokowi luar biasa.

“Termasuk di luar daerah. Memang itu belum dirasakan langsung manfaatnya, tapi ke depan baru bisa dirasakan,” ujar dia kepada wartawan pada Seminar Nasional Bisikan Dari Jogja terkait Refleksi Evaluasi dan Rekomendasi Bidang Kebudayaan Tiga Tahun Pemerintahan Jokowi-JK, Sabtu (21/10/2017).

Hanya saja, kata Buya, masih ada ketimpangan ekonomi, sosial, dan budaya yang perlu terus dibenahi. Persoalan itu muncul lantaran warisan masa lalu yang sampai saat ini belum terbenahi. Untuk mempersempit ketimpangan ekonomi dan sosial, Buya mengusulkan agar ada pendidikan bagi pengusaha.  Tujuannya, agar pengusaha memiliki ideologi tinggi untuk membantu mengentaskan kemiskinan.

Advertisement

“Pengusaha bisa mengentaskan kemiskinan. Sebenarnya sudah ada kesadaran dari pengusaha tapi belum banyak, ” kata Buya.

Sayangnya,  kata Buya,  banyak politisi yang merusak bangsa. Belum banyak politisi yang menjadi negarawan. Padah Indonesia butuh negarawan yang petarung.  “Jokowi presiden yang mau turun ke bawah. Meski begitu, revolusi mental yang digaungkan masih sebatas wacana,” kata Buya.

Sulitnya menerapkan revolusi mental disebabkan karena mental bangsa bukan mental manusia merdeka. Bangsa Indonesia, kata Buya, masih bermental terjajah,  peminta-minta dan menjadi alat. “Belum banyak yang berubah. Meski pimpinannya bekerja keras reformasi birokrasi masih di wilayah permukaan,” kata dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif