Jogja
Minggu, 22 Oktober 2017 - 09:20 WIB

Benarkah Teknologi Digital Bisa Bunuh Perguruan Tinggi?

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Staf Ahli Bidang Hukum Menteri Komunikasi dan Informatika Prof. Hendri Subiakto (berdiri) saat menyampaikan materi talkshow, Sabtu (21/10/2017). (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Teknologi digital kini turut mengancam keberadaan perguruan tinggi.

Harianjogja.com, SLEMAN— Perkembangan teknologi yang semakin pesat berdampak pada semua sektor tak terkecuali pendidikan. Keberadaan kursus pendidikan tinggi yang digawangi perguruan tinggi terkemuka berskala internasional secara online, memungkinkan dapat menggerus keberadaan universitas terkemuka di Indonesia.

Advertisement

Persoalan perkembangan digital dibahas dalam talkshow Polgovdays bertajuk Digitalizing Nationality, Dinamika Digitalisasi Indonesia, di Auditorium Fisipol UGM, Sabtu (21/10/2017).

Staf Ahli Bidang Hukum Menteri Komunikasi dan Informatika Prof. Henri Subiakto menjelaskan, perkembangan teknologi berlangsung sangat cepat dan berdampak di semua sektor kehidupan.

Advertisement

Staf Ahli Bidang Hukum Menteri Komunikasi dan Informatika Prof. Henri Subiakto menjelaskan, perkembangan teknologi berlangsung sangat cepat dan berdampak di semua sektor kehidupan.

Hidup di era digital memudahkan siapa saja tanpa harus bertatap muka secara langsung. Dampak teknologi kata dia, bukan tidak mungkin akan mengancam universitas terkemuka jika tak pandai berinovasi sesuai perkembangan. Mengingat saat ini, terdapat lembaga kursus internasional seperti edX yang pendidikannya dapat ditempuh tanpa harus bertatap muka, dilaksanakan secara gratis dan mendapatkan sertifikat yang diakui oleh berbagai korporasi internasional.

edX ini lulusannya bisa diterima di perusahaan seperti google dan lain-lain, kalau sertifikatnya bisa diterima di perusahaan di Indonesia, tanpa harus melalui [proses pendidikan] di kelas, maka universitas terkemuka bisa mengalami destruction [kehancuran], seperti taksi yang kalah sama mobil masyarakat yang terkoneksi oleh aplikasi teknologi,” terangnya ketika menjadi pemateri talkshow tersebut, Sabtu (21/10/2017).

Advertisement

Lembaga survei politik, kata dia, juga secara perlahan akan hilang dengan sendirinya. Karena poling dapat dilakukan siapa saja melalui teknologi tanpa harus melakukan survei. Cukup memakai google analytics semua data bisa didapatkan, mengingat, semua orang pemakai teknologi harus memasukkan datanya terlebih dahulu.

“Meskipun seseorang tidak menyebutkan umur misalnya di teknologi tersebut seperti media sosial, tetapi ketika dalam berteknologi sering berkumpul dengan orang tertentu, alumni ini itu akan terpantau sendiri,” jelas dia.

Henri menambahkan, karena teknologi, semua aktivitas masyarakat selalu terkait teknologi.  Keberadaan manusia di dunia maya sangat besar sehingga waktu habis dengan teknologi. Mulai dari teman dapat ditemukan di medsos,  bukan lagi ditemukan di kampus-kampus atau belanja yang tidak lagi di pasar. Ia menyebut itu sebagai migrasi dari fisik ke dunia maya.

Advertisement

“Kalau dahulu berkelahi di kampus paling sering. Tetapi sekarang berkelahi di sosmed umpat-umpatan, itu adalah perubahan teknologi,” ujar Guru Besar Fisip Universitas Airlangga ini.

Saat ini, pengaruh teknologi bukan hanya diurus bidang informatika saja, tetapi bisa menjadi kajian semua ilmu termasuk politik dan sosial. Karena teknologi dapat memberikan informasi kepada manusia, seperti halnya kulkas bisa memberitahu pemiliknya bahwa di dalamnya ada makanan telah sekian hari belum dimakan.

Seluruh aktivitas manusia dapat dipantau teknologi, posisi hingga perilaku seseorang. “Kebiasaan seseorang membuka situs tertentu dengan mudah akan dapat dipantau,” tuturnya. Tak terkecuali berdampak pada kejahatan. Serangan cyber terhadap IT ke Indonesia pada 2015 mencapai 28,4 juta kali. Angka itu naik pada 2016 menembus angka 50 juta serangan cyber.

Advertisement

Direktur Media Kernels Indonesia Ismail Fahmi mengatakan, dalam perkembangannya medsos juga menjadi ancaman. Seperti halnya facebook yang dapat memecah belah masyarakat.

Meski demikian ada manfaat positif seperti dipakai untuk berjualan secara online. Dalam praktiknya, kata dia, pihak yang populer ketika menjadi apa saja atau apapun, yang dilakukan selalu dikatakan benar oleh satu pihak.

“Jika memberikan like, facebook akan memberikan informasi sesuai yang di-like tersebut, sehingga kesukaan masing-masing akan menjadi sekelompok,” kata dia.

Talkshow itu diikuti oleh ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Mulai dari Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi serta institusi perguruan tinggi ikatan dinas.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif