Soloraya
Jumat, 20 Oktober 2017 - 18:35 WIB

Jembatan Mojo Ditutup Bikin Ongkos Transportasi Mojolaban-Solo Naik 2 Kali Lipat

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Jembatan Mojo menjadi akses penghubung utama Kota Solo-Sukoharjo. (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Para pengrajin kain pantai Mojolaban siap-siap keluar ongkos dua kali lipat untuk transportasi ke Solo.

Solopos.com, SUKOHARJO — Puluhan kain warna putih berjejer rapi di gawangan terbuat dari kayu. Panjang kain putih itu sekitar dua meter dengan lebar sekitar 1,5 meter.

Advertisement

Kain putih itu merupakan bahan utama kerajinan sarung pantai yang banyak dijumpai di bantaran Sungai Bengawan Solo tepatnya di Desa Gadingan, Kecamatan Mojolaban. (Baca: Jembatan Mojo Ditutup, Jarak Mojolaban-Solo Tambah Jauh 10 Km)

Ada lebih dari 30 pengrajin yang menggantungkan hidup dari kerajinan sarung pantai di desa itu. Mayoritas produk sarung pantai dipasarkan di wilayah Soloraya terutama Pasar Klewer, Kota Solo.

Advertisement

Ada lebih dari 30 pengrajin yang menggantungkan hidup dari kerajinan sarung pantai di desa itu. Mayoritas produk sarung pantai dipasarkan di wilayah Soloraya terutama Pasar Klewer, Kota Solo.

Biasanya, mereka bepergian ke Kota Solo untuk memasok produk sarung pantai sebanyak dua kali-tiga kali dalam sepekan. Mereka melewati Jembatan Mojo yang menjadi akses penghubung utama antara Kota Solo dengan Sukoharjo.

Waktu tempuh perjalanan dari Gadingan, Sukoharjo menuju Pasar Klewer, Kota Solo hanya sekitar 20 menit. “Rute perjalanan terdekat menuju Pasar Klewer melewati Jembatan Mojo. Biasanya, saya mengirim sarung pantai ke pasar pada pagi hari saat kondisi arus lalu lintas masih cukup sepi,” kata seorang pengrajin sarung pantai Desa Gadingan, Anwar, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (20/10/2017).

Advertisement

Tanpa jembatan itu, para pengrajin sarung pantai harus memutar menuju arah Palur, Mojolaban, atau Pranan, Polokarto. Anwar harus merogoh kocek lebih dalam lantaran biaya operasional membengkak.

“Biaya transportasi bisa naik dua kali lipat saat memasok barang dagangan ke Solo [Pasar Klewer]. Kemungkinan saya memilih melewati Pranan, Polokarto selama penutupan jembatan,” papar dia.

Penutupan Jembatan Mojo dinilai bakal memengaruhi geliat perekonomian di wilayah Mojolaban. Terdapat ratusan warung makan, toko, rumah toko (ruko) yang berjejer mulai dari sebelah timur Jembatan Mojo hingga Pasar Bekonang.

Advertisement

Aktivitas perekonomian di wilayah itu sangat bergantung pada akses infrastruktur penghubung antara Sukoharjo-Kota Solo. Sejatinya, para pelaku usaha tak menolak rencana penutupan jembatan lantaran mereka memahami manfaat perbaikan jembatan.

“Tak hanya menambah biaya operasional, kami juga rugi waktu lantaran harus memutar arah belasan kilometer menuju Solo,” ujar seorang pemilik toko kelontong, Bambang.

Bambang berharap waktu penutupan Jembatan Mojo dikurangi dari sepuluh hari menjadi sepekan atau lima hari. Solusi alternatif lainnya, jembatan tetap bisa dilewati pengguna jalan namun hanya satu jalur.

Advertisement

Pengguna jalan dari Solo maupun Sukoharjo bisa melewati jembatan secara bergantian selama pengerjaan proyek perbaikan jembatan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif