Kolom
Jumat, 20 Oktober 2017 - 06:00 WIB

GAGASAN : Daya Beli Menurun

Redaksi Solopos.com  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ginanjar Rahmawan (istimewa)

Gagasan ini dimuat Harian Solopos edisi Selasa (17/10/2017). Esai ini karya Ginanjar Rahmawan, mahasiswa Program Doktor Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Universitas Sebelas Maret. Alamat e-mail penulis adalah Rahmawan@stiesurakarta.ac.id.

Solopos.com, SOLO–Belakangan ini beberapa kawan saya yang berbisnis di berbagai sektor bertanya kepada saya mengenai kondisi ekonomi Indonesia. Tujuan utamanya adalah mencurahkan isi hati seputar bisnis mereka.

Advertisement

Salah seorang kawan saya yang berjualan pakaian produk lokal dan kini didukung lebih dari 20 distributor mengatakan sejak awal 2017 merasakan penurunan omzet yang cukup membuat repot keuangan.

Menurut kawasan saya itu penjualan selama Ramadan dan Lebaran yang merupakan momentum dia bisa panen raya ternyata tak seperti yang dia harapkan, tak seindah Ramadan dan Lebaran tahun lalu.

Begitu pula ketika saya bertemu dengan kawan-kawan saya yang bekerja di bidang otomotif. Mereka mengatakan tahun ini sulit mencapai target penjualan, apalagi kalau yang dijual mobil  nonfavorit.

Advertisement

Kondisi yang sama juga dialami para penjual mobil bekas. Pengusaha bidang makanan juga terkena fenomena sepinya pelanggan akhir-akhir ini. Mereka sepakat menyebutkan terjadi penurunan daya beli konsumen.

Ada dua versi pendapat mengenai hal ini. Para pelaku usaha menyampaikan memang terjadi penurunan daya beli konsumen. Hal ini bisa dilihat dari berbagai indikasi turunnya penjualan kebutuhan yang biasa konsumen.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia pernah mengungkapkan data penjualan mobil pada tahun ini anjlok 29,5% jika dibanding tahun lalu. Begitu pula di bidang ritel. Asosiasi Pengusaha Indonesia mencatat pertumbuhan pada 2016 sebesar 16,3% dan turun menjadi 6,7% pada 2017.

Menurunnya daya beli juga dapat dilihat dari indikator inflasi. Artinya, jika inflasi rendah bisa dikatakan daya beli melemah alias tidak mampu membeli barang/jasa sehingga harganya turun. Inflasi pada Januari sebesar 0,97% sedangkan inflasi pada Juli sebesar 0,69%.

Advertisement

Selanjutnya adalah: Turunnya pertumbuhan pengeluaran rumah tangga…

Pengeluaran Rumah Tangga

Indikasi lain adalah turunnya pertumbuhan pengeluaran rumah tangga sebesar 3,3%, turunnya pertumbuhan pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga sebesar 5,97%, dan turunnya pertumbuhan pengeluaran pemerintah sampai 45%.

Advertisement

Versi lainnya mengatakan tidak terjadi penurunan daya beli konsumen. Rheinald Kasali mengatakan bahwa hanya terjadi shifting tren perilaku pembelian konsumen. Dulu konsumen membeli secara offline atau luar jaringan (luring). Sekarang konsumen beralih ke belanja bersistem online atau dalam jaringan (daring).

Presiden Joko Widodo mengatakan ada pertumbuhan 130% di sektor jasa pengiriman. Transaksi penjualan online sering tidak terekam nilainya sehingga tidak terhitung angkanya pada sektor konsumsi. Ekonom Faisal Basri mengatakan daya beli tidak melemah, namun hanya melambat sedikit di bawah 5% pada kuartal 1 2017 ini.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang Brojonegoro, mengatakan indikator ekonomi Indonesia baik, pertumbuhannya 5,01% pada kuartal 1 2017 ini. Adanya indikasi peningkatan transaksi dapat dilihat dari pencapaian pajak pertambahan nilai yang naik sebesar 13,5%.

Presiden Joko Widodo ketika berpidato di acara Kamar Dagang dan Industri mengatakan daya beli melemah ini hanyalah isu politik untuk kepentingan politik menuju 2019 merupakan tahun politik. Daya beli konsumen bisa jadi salah satu “barang” jualan di jagat politik yang menggiurkan.

Advertisement

Daya beli adalah kemampuan konsumen untuk membeli barang atau jasa tertentu. Bila daya beli meningkat, konsumen dapat membeli barang atau jasa tersebut, begitu sebaliknya. Daya beli menurun bisa diakibatkan menurunnya pendapatan konsumen walaupun harga cenderung stabil atau pendapatan yang sama namun tidak bisa digunakan untuk membeli barang karena harganya naik.

Daya beli melemah berarti konsumen tidak mampu membeli barang atau jasa, namun perlu diingat ada tiga komponen dalam rumus pendapatan, yaitu konsumsi, tabungan, dan investasi.

Selanjutnya adalah: Konsumen bisa menggunakan untuk tiga pilihan…

Tiga Pilihan

Setelah memperoleh pendapatan, konsumen bisa menggunakannya untuk tiga pilihan, dipakai untuk konsumsi, ditabung, atau diinvestasikan.

Advertisement

Kalau kita melihat indikator daya beli, saat ini yang diukur hanya dari konsumsi, artinya konsumsi turur diartikan sebagai turunnya daya beli, padahal belum tentu demikian.

Saya berpendapat ada tiga hal yang perlu kita soroti di sini. Pertama,  konsumen saat ini semakin melek keuangan. Konsumen makin paham literasi keuangan. Konsumen semakin paham bagaimana mengelola uang mereka yang terbatas agar tidak defisit setiap bulan dan bisa memenuhi tujuan keuangan mereka.

Konsumsi memang sedang menurun. Boleh jadi karena konsumen tidak mau gegabah mengeluarkan uang mereka untuk kebutuhan yang tidak penting. Kedua, konsumen semakin banyak yang mengalihkan biaya konsumsi untuk menabung.

Data Lembaga Penjamin Simpanan menjelaskan rekening tabungan pada Agustus 2016 sebanyak 187.238.920 atau meningkat sebanyak 39.330.600 atau 21% pada Agustus 2017 ini menjadi 227.069.520 rekening.

Sedangkan nilai tabungan dengan nominal di bawah Rp2 miliar naik sebesar 6,7% menjadi Rp2.214 triliun dan tabungan dengan nominal di atas Rp2 miliar naik sebesar 12,4% menjadi Rp2.928 triliun pada  2017 ini.

Ketiga, konsumen banyak yang berinvestasi. Salah satu instrumen yang sekarang sedang tren yaitu reksadana. Otoritas Jasa Keuangan mencatat data berdasarkan Single Investor Identification yang terdaftar atau jumlah investor reksa dana, ada kenaikan 116% selama dua tahun ini menjadi 530.615 investor.

Dana kelolaan pada reksadana meningkat hampir mencapai Rp400 triliun pada 2017 ini. Selain reksadana juga terjadi peningkatan pembelian saham yang merupakan keberhasilan program menabung saham.

Tahun lalu, pertumbuhan investor baru naik sebesar 25% dan 80%-nya merupakan investor berusia 20 tahun sampai 40 tahun. Jadi, apakah benar daya beli menurun?

Menurut saya, yang menurun atau melemah bukanlah daya beli konsumen, tapi minat beli konsumen. Konsumen menahan diri, tidak menggunakan penghasilan mereka untuk konsumsi, namun memilih untuk menabung dan berinvestasi.

Konsumen tahu kapan harus mengonsumsi barang, tahu kapan harus menghemat. Konsumen sudah tidak mempan diiming-imingi diskon. Konsumen hanya mau membeli sesuai dengan kebutuhannya, bukan keinginannya semata.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif