Jogja
Kamis, 19 Oktober 2017 - 19:40 WIB

Makna Sumbu Filosofi Jogja, Dari Kesucian Hati Hingga Godaan Kekuasan

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Situasi sekitar Tugu pasca puncak HUT Jogja ke-261, Minggu (8/10/2017). (Harian Jogja/Santi Afdilah)

Mayarakat dinilai perlu memahami makna Sumbu Filosofi Jogja.

Harianjogja.com, JOGJA— Pemerintah DIY kini tengah gencar menyosialisasikan keberadaan dan makna dari Sumbu Filosofi Jogja, menyusul masuknya Sumbu Filosofi sebagai nominasi calon warisan budaya dunia versi lembaga kebudayaan dunia UNESCO. Sumbu Filosofi ternyata memiliki makna dan laku kehidupan yang dalam serta mulia.

Advertisement

Kepala Bidang Pelestarian Warisan dan Nilai Budaya Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi Rabu (18/10/2017) mengatakan, peran serta masyarakat dalam mewujudkan cita-cita Jogja sebagai warisan budaya dunia sangatlah krusial karena masyarakat punya tanggung jawab untuk menjaga dan merawat Sumbu Filosofi.

“Untuk itulah dibutuhkan program sosialisasi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap keberadaan Sumbu Filosofi. Sehingga masyarakat dapat berperan dalam melindungi, mengembangkan, memanfaatkan serta mampu mengkomunikasikan makna Sumbu Filosofi,” jelas Dian Lakshmi, Rabu (18/10/2017).

Menurutnya, menjadi aneh jika pihaknya ingin menularkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Sumbu Filosofi ke seluruh dunia, seperti sangkan paraning dumadi, manunggaling kawula lan gusti dan golong gilig tapi masyarakat yang ada di Jogja sendiri tidak paham dengan hal-hal tersebut. Karena itulah Dian menyebut sosialiasi sangat diperlukan.

Advertisement

Lebih jauh ia menerangkan, cita-cita untuk menjadikan Jogja dengan Sumbu Filosofinya sebagai City of Philosophy bukan semata-mata untuk menjadi warisan dunia semata tapi untuk menyelamatkan penanda-penanda keistimewaan agar tetap lestari di masa yang akan datang. Sebab Sumbu Filosofi sendiri memiliki makna yang sangat mulia.

Sumbu Filosofi adalah garis lurus yang membentang dari Tugu Golong-Gilig/ Pal Putih, Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Panggung Krapyak. Sumbu Filosofi menggambarkan mengenai perjalanan kehidupan manusia sejak lahir hingga menemui ajal (sangkan paraning dumadi).

Ia melanjutkan, filosofi yang terkandung dari Panggung Krapyak ke utara menggambarkan perjalanan manusia sejak dilahirkan sampai beranjak dewasa dan menikah (sangkan dumadi). Karena itulah di utara Panggung Krapyak ada kampung yang namanya Kampung Mijen yang melambangkan benih manusia.

Advertisement

Sebaliknya dari Tugu Pal Putih kearah selatan, kata Dian Lakshmi Pratiwi merupakan gambaran perjalanan manusia menuju kematian (paraning dumadi). Golong-Gilig sendiri melambangkan bersatunya cipta, rasa, dan karsa yang dilandasi kesucian hati.

“Karena itulah ada Jalan Margatama [Jalan menuju keutamaan] ke arah selatan melalui Malioboro dan terus melalui Margamulya lalu melalui Pangarukan [mengusir nafsu yang negatif].

Sedangkan keberadaan Kompleks Kepatihan dan Pasar Beringharjo melambangkan godaan kekuasaan dan godaan harta yang harus dihindari oleh manusia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif