Jatim
Kamis, 19 Oktober 2017 - 20:05 WIB

KISAH INSPIRATIF : Pria Ponorogo Jualan Sofa Ban Bekas untuk Sekolahkan 84 Anak Kurang Mampu

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Eko Rosandi, pembuat sofa yang menyekolahkan 84 anak. (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Eko Rosandi menggunakan hasil penjualan sofa ban bekas untuk membiayai sekolah 84 anak kurang mampu.

Madiunpos.com, PONOROGO — Eko Rosandi, 40, pembuat sofa dari ban bekas di Ponorogo tidak hanya menggunakan uang hasil dari usahanya untuk kebutuhan pribadi. Lebih dari itu, dia menggunakan uang tersebut untuk menyekolahkan dan menghidupi anak-anak dari keluarga duafa maupun anak yatim piatu.

Advertisement

Eko menceritakan saat ini anak asuhnya sebanyak 84 orang dan ditempatkan di Pondok Pesantren Nurul Qalbi yang dibangunnya. Seluruh kebutuhan hidup dan pendidikan anak tersebut ditanggung Eko dan istrinya, Triana Sari Tilawah, yang juga memiliki usaha salon kecantikan.

Dia mengaku mulai mencari dan membiayai sekolah anak-anak tersebut sejak 2012. Saat itu, dia bersama istrinya tergerak hati untuk membantu anak-anak yang kurang beruntung.

Advertisement

Dia mengaku mulai mencari dan membiayai sekolah anak-anak tersebut sejak 2012. Saat itu, dia bersama istrinya tergerak hati untuk membantu anak-anak yang kurang beruntung.

Eko meminta bantuan tetangga dan kerabatnya untuk mencari anak-anak dari keluarga kurang mampu dan yatim piatu. Setelah itu, anak-anak tersebut dimasukkan di Ponpes Nurul Qalbi dan disekolahkan di Madarasah Aliah Entrepreneur yang juga berada di komplek Ponpes tersebut di Kelurahan Keniten, Kecamatan Ponorogo.

“Saya mengambil anak yang sudah lulus SMP. Saya utamakan yang duafa dan yatim maupun yatim piatu. Mereka kemudian saya ajar mengaji dan sekolah di MA itu,” jelas Eko saat ditemui di rumahnya, Kamis (19/10/2017).

Advertisement

“Jumlah anak asuh yang sudah lulus sudah seratusan lebih. Yang saat ini saja 84 anak. Pas Lebaran di sini ramai banget karena banyak santri yang sudah lulus bersilaturahmi ke sini,” jelas Eko.

Anak-anak tersebut tidak dibebani biaya apa pun dan hanya diminta untuk belajar dan mengaji. Untuk mengurus ponpes dan MA tersebut, dirinya dibantu sejumlah guru untuk mendidik dan mengelola ponpes.

“Kalau donatur dari luar yang ingin membantu pondok pesantren ini ada, tetapi tidak banyak,” kata bapak tiga anak ini.

Advertisement

Sedangkan santri yang telah lulus dari sekolah diberi kesempatan untuk belajar berwirausaha di tempatnya maupun diberi kebebasan untuk membuka usaha sendiri. Di rumah produksi sofa miliknya, kata Eko, ada empat santri yang membantu produksi.

Mereka diberi tugas untuk produksi awal dan finishing akan ditanganinya. Selain di rumah produksi sofa berbahan ban bekas, santri-santri itu juga diberi kesempatan untul belajar di salon kecantikan milik istrinya.

Kebanyakan yang bekerja di tempat usahanya adalah santri yang melanjutkan ke perguruan tinggi. “Ada yang setelah lulus MA melanjutkan ke Insuri, IAIN, maupun perguruan tinggi lain,” kata pria kelahiran Tegal, Jawa Tengah, ini.

Advertisement

Bagi Eko, berbagi dengan sesama merupakan jalan hidup yang harus dijalani. Dia merasa senang saat bisa membantu keluarga kurang mampu dan memberi bantuan bagi anak-anak untuk mendapatkan masa depannya.

Meski demikian, Eko tidak pernah melupakan keluarga dan memenuhi seluruh kebutuhan keluarga serta pendidikan anaknya. Dia berharap dilapangkan rizki untuk terus membantu pendidikan anak-anak yang kurang beruntung.

Seorang santri Ponpes Nurul Qalbi, Fitri Wulandari, 18, mengatakan telah lulus dari MA Entrepreneur. Dia sangat senang bisa belajar di pondok dan sekolah yang dibiayai keluarga Eko.

Saat ini, dia menyampaikan sedang belajar kewirausahaan di salon kecantikan milik istri Eko. “Saya berencana mau kuliah, ini belajar berwirausaha dulu,” ujar warga Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan, ini.

 

Advertisement
Kata Kunci : Kisah Inspiratif Ponorogo
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif