News
Kamis, 19 Oktober 2017 - 01:00 WIB

Karya 200 Penulis Dibawa ke Frankfurt Book Fair 2017

Redaksi Solopos.com  /  Ayu Prawitasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi JIBI/Harian Jogja/Reuters

Sebanyak 300 buku pilihan dari Indonesia yang dibuat oleh 200 penulis dibawa ke Frankfurt Book Fair 2017.

Solopos.com, FRANKFURT—Indonesia kembali hadir dalam pameran buku terbesar dan tertua di dunia yakni Frankfurt Book Fair 2017 pada Rabu-Minggu (11-15/10/2017).

Advertisement

Beberapa penulis turut diundang dalam acara yang dihadiri oleh Presiden Prancis Emanuel Marcon dan Kanselir Jerman Angela Merkel tersebut. Indonesia juga menyelenggarakan pembacaan buku oleh para penulis seperti Wajah Terakhir karya Mona Sylviana; karya-karya Zen Hae; dan buku puisi karya Aan Mansyur.

Ada pula peluncuran buku Home Sweet Home karya Anton Gautama dan berbagai diskusi. Salah satu diskusi mengangkat tema toleransi di Indonesia yang menghadirkan penulis Zaky Yamani, Avianti Armand, dan Ben Sohib.

Advertisement

Ada pula peluncuran buku Home Sweet Home karya Anton Gautama dan berbagai diskusi. Salah satu diskusi mengangkat tema toleransi di Indonesia yang menghadirkan penulis Zaky Yamani, Avianti Armand, dan Ben Sohib.

Turut hadir Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid sebagai pembicara dalam diskusi bertema Pemerataan Distribusi Buku di Indonesia. Hilmar mengatakan dengan 17.000 pulau yang luasnya hampir 2 juta km2, pemerataan dan distribusi buku di Indonesia memiliki tantangan tersendiri, khususnya bagi pemerintah.

Indonesia juga memikat pengunjung dengan kulinernya lewat buku Jakarta Bite dan demo masak oleh Petty Elliot. Etty Prihatini, warga Indonesia yang membantu Petty, mengaku kewalahan menghadapi pengunjung Frankfurt Book Fair yang ingin mencicipi masakan Indonesia.

Advertisement

Para penulis tersebut melakukan residensi riset hingga ke Inggris, Belanda, dan Portugal. Para penulis yang melakukan residensi inilah yang turut hadir dalam Frankfurt Book Fair 2017.

Senada dengan Laura, Duta Besar RI untuk Jerman Fauzi Bowo juga mengatakan semenjak menjadi tamu kehormatan, industri literasi Indonesia makin dikenal oleh penerbit Eropa, khususnya Jerman. Hadirnya Indonesia dalam acara tersebut memang menjadi ajang promosi dan menjalin kerja sama dengan industri literasi di Eropa dan dunia.

“Beberapa penerbit dan penggiat sastra tertarik pada karya para pengarang. Ada yang akan segera diundang dan diterbitkan di Australia dan Kuba,” kata Alda Trisda, agen sastra dari Belgia.

Advertisement

Salah satu tema buku yang paling banyak diminati adalah buku anak-anak. Karena itu Indonesia membawa cukup banyak judul buku anak dari berbagai penerbit, seperti Kula Cula dari Kesaint Blanc dan I Love My Family dari PT Kanisius.

“Kita membawa banyak buku anak karena memang peminatnya banyak. Jumlah judul buku anak yang lolos kurasi pada 2017 juga banyak, ada sekitar 200 judul,” kata Laura seperti dilansir website Kemendikbud, Senin (16/10/2017)

Meski demikian, Hilmar Farid mengatakan masyarakat Indonesia masih berjuang menegakkan literasi. Indonesia harus mengikuti perkembangan industri buku di dunia. “Seharusnya kita mengikuti kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan literasi. Akan tetapi karena industri begitu cepat bergerak, tak ada cara lain kita juga harus mengikuti gejolak industri perbukuan internasional,” ujar Hilmar. (Kemendikbud)

Advertisement

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif