Soloraya
Rabu, 18 Oktober 2017 - 06:35 WIB

Siswi SMP Sragen Ini Bisa Membuat Telur Asin sampai Matang Hanya dalam 3 Jam

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Husnia Munzayana (dua dari kiri) melumuri telur dengan adonan serbuk batu bata dan garam saat memperagakan alat pembuat telur asin di di SMPN 1 Sragen, Selasa (17/10/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Seorang siswi SMP di Sragen menciptakan alat untuk membuat telur asin dalam waktu lebih singkat.

Solopos.com, SRAGEN — Husnia Munzayana mengangkat boks plastik berukuran besar ke ruang kelasnya. Boks plastik itu berisi berbagai peralatan yang dirakit siswi kelas IX-d SMPN 1 Sragen itu sepulangnya dari Lomba Penelitian Siswa Nasional (LPSN) Jakarta, Senin (16/10/2017) lalu.

Advertisement

Lathifatun Assyifa, siswi lainnya dari kelas IX-b, ikut membantu Husnia membuka boks itu. Semua isi boks yang sempat dipamerkan di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta Pusat itu dikeluarkan.

Dua kotak berbahan kayu dan berlapis alumunium foil dikeluarkan. Salah satu kotak cukup berat massanya tetapi satu kotak lainnya agak ringan. Kotak yang ringan itu berukuran 20 cm x 29 cm x 10 cm.

Advertisement

Dua kotak berbahan kayu dan berlapis alumunium foil dikeluarkan. Salah satu kotak cukup berat massanya tetapi satu kotak lainnya agak ringan. Kotak yang ringan itu berukuran 20 cm x 29 cm x 10 cm.

Di kotak itulah, telur bebek dijadikan telur asin dan direbus menggunakan energi terbarukan, yakni tenaga surya. Teknisnya cukup sederhana.

Husnia memeragakan teknik pembuatan telur asin dan langsung matang dalam waktu singkat kepada teman-temannya di kelas IX-d. Selain kotak itu, Husnia masih membutuhkan serbuk batu bata merah, garam lembut, dan serbuk arang.

Advertisement

Setelah semua telur itu tertutup serbuk arang sampai tidak terlihat bulatannya, kotak ditutup kaca transparan dan dilakban. “Kaca digunakan agar sinar matahari bisa tembus dan menyinari sampai ke dalam kotak. Serbuk arang digunakan untuk menyerap panas. Oh iya, sebelumnya telur sudah direndam ke air cuka agar pori-pori telur terbuka. Agar sinar matahari bisa terpusat, saya membuat tempat menangkap sinar matahari yang terbuat dari seng dan dibalut dengan alumunium foil yang membentuk cembung seperti parabola tetapi dasarnya berbentuk persegi. Nah, kotak berisi telur itu dimasukan pada tempat itu,” ujar Husnia saat berbincang dengan wartawan di SMPN 1 Sragen, Selasa (17/10/2017).

Husnia hanya cukup menunggu dalam waktu tiga jam. Temperatur panas yang semula 33 derajat Celsius meningkat stabil sampai 90 derajat Celsius. Syaratnya terik matahari harus stabil. Kalau mendung atau sore hari membutuhkan waktu cukup lama.

“Iya, hanya butuh tiga jam. Telur tawar itu menjadi asin dan langsung masak. Alat itu tidak sekadar membuat telur asin tetapi sekaligus mematangkan telur dengan energi panas matahari,” ujar gadis asal Kampung Ngrandu RT 001/RW 002, Kelurahan Nglorog, Sragen Kota.

Advertisement

Putri pasangan Paidi, 50, dan Ranti, 45, mencoba penelitian sampai 15 kali hingga akhirnya berhasil. Hasil penelitian itu sempat dipamerkan di sekolah di jalan raya Sukowati Sragen itu.

Kemudian hasil penelitiannya dikirimkan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam ajang LPSN 2017. Ada tiga kategori dalam LPSN 2017, yakni Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial Kemanusiaan dan Seni; Bidang Ilmu Pengetahuan Alam dan Lingkungan; dan Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik dan Rekayasa. Ada 102 naskah hasil penelitian siswa SMP dari 102 sekolah di Indonesia.

Naskah milik Husnia terpilih masuk nomor urut 15 pada Bidang Ilmu Penelitian Teknik dan Rekayasa. Setelah melewati penilaian oleh empat profesor, Husnia lolos dan mendapat medali perunggu. Dari 34 finalis di setiap bidang diambil 15 pemenang, yang terdiri atas tiga emas, lima perak, dan tujuh perunggu.

Advertisement

“Ide dasarnya dari warga yang membuat telur asin di daerah saya yang masih konvensional, paling cepat 2-7 hari. Kemudian teknik itu saya modifikasi dan akhirnya bisa menghasilkan teknik yang lebih cepat, hanya tiga jam. Semakin besar alatnya maka daya tampung telurnya semakin banyak,” imbuh Husnia.

Prestasi Husnia menambah catatan baru dalam prestasi penelitian di sekolah yang dipimpin Wiyono itu. Sejak 2008, SMPN 1 Sragen sudah mencatat 68 hasil penelitian siswa mulai siswa kelas VII, VIII, dan IX.

“Yang berhasil menjadi juara nasional baru tiga, yakni pada 2008 dalam ajang Indonesian Science Project, 2013 lewat hasil penelitian canting elektrik sederhana, dan terakhir 2017 ini. Alatnya sederhana dan memanfaatkan energi alam,” imbuh Endang Warsiningsih, guru pembimbing penelitian SMPN 1 Sragen.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif