Jogja
Rabu, 18 Oktober 2017 - 11:20 WIB

HUT TNI AU, Nostalgia Korpaskhas di Langit Jogja

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-70 Korps Pasukan Khusus TNI AU (Korpaskhasau) digelar untuk pertama kalinya di Jogja pada Selasa (17/10/2017). (Harian Jogja/ Sekar Langit Nariswari)

Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-70 Korps Pasukan Khusus TNI AU (Korpaskhasau) digelar untuk pertama kalinya di Jogja

Harianjogja.com, SLEMAN- Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-70 Korps Pasukan Khusus TNI AU (Korpaskhasau) digelar untuk pertama kalinya di Jogja pada Selasa (17/10/2017). Baret Jingga ini menggelar parade unjuk kebolehan dalam acara akbar yang sempat diguyur hujan deras ini.

Advertisement

Langit gelap, awan tebal menggelayut menciptakan mendung di shelter drop Lapangan Udara Adisutjipto, Maguwoharjo, Depok. Namun, empat pesawat T-50 Golden Eagle Skadron Udara 15 melintas cepat di udara dan langsung menarik perhatian. Suaranya menggelegar, memekik dan memesona ratusan pasang mata yang ada di bawahnya.

Saat itu, pesawat tempur supersonik ini sedang mencari ketinggian yang sesuai untuk melakukan pengeboman sebagai bagian dari serangan udara langsung untuk menghancurkan musuh. Dengan kecepatan 400 knots atau 720 kilometer per jam, pesawat berwarna biru kuning ini kemudian menjatuhkan empat bom tepat ke sasarannya.

Advertisement

Saat itu, pesawat tempur supersonik ini sedang mencari ketinggian yang sesuai untuk melakukan pengeboman sebagai bagian dari serangan udara langsung untuk menghancurkan musuh. Dengan kecepatan 400 knots atau 720 kilometer per jam, pesawat berwarna biru kuning ini kemudian menjatuhkan empat bom tepat ke sasarannya.

Suara ledakan pertama, kedua, ketiga, dan keempat menandakan operasi berhasil dilaksanakan. Target terpenuhi. Pasukan yang dipimpin oleh Letkol Pnb Hendra Supriyadi ini lalu menanjak hingga ketinggian 5.000 kaki dan siap kembali ke pangkalan.

Kisah barusan adalah skenario simulasi serangan udara yang dihadirkan dalam parade kebolehan pasukan khas TNI AU. Hari itu, keluarga satuan tempur darat ini sedang bersukaria, mengenang kelahirannya tepat di kota yang pertama kali mengrimkan pasukan untuk melakukan penerjunan di Sambi, Kotawaringin, Kalimantan Tengah pada 17 Oktober 1947 silam.

Advertisement

Menggenapi nostalgia ini, ikut hadir ratusan penerjun terbaik dengan payung tempurnya yang mendarat tepat di tiga titik di lokasi perayaan, bentuk dari atraksi demo terjun statik.

Penerjun ini dibawa dengan pesawat berjenis Hercules dan terjun dari ketinggian 1.200 kaki di atas permukaan tanah sambil membawa bendera Korpaskhas, Swa Bhuana Paksa, dan bendera merah putih. Terakhir, 100 penerjun bebas yang menggunakan dua pesawat C-130 dengan ketinggian 7.000 kaki di atas permukaan tanah ikut mewarnai langit dengan payung parasut sport warna-warninya.

Hampir semua unit pasukan elit bermoto Karmanye Vadikaraste Mafalesu Kadatjana ini unjuk gigi kemarin. Mengawali atraksi, meski diguyur hujan tanpa ampun, ditampilkan pula senam balok dan senam senjata dan berujung pada parade aksi halang rintang. Bahkan, pasukan khusus anti teror Satuan Bravo 90 juga menampilkan atraksi heroik pembebasan sanderanya lengkap dengan dua helikopternya.

Advertisement

Nostalgia kemarin juga menjadi milik Kusmari, salah satu veteran penerjun Pasukan Gerak Tjepat (PGT), embrio Korpaskhas, dalam operasi Trikora pada 1962 silam ikut hadir di acara itu. Penampilan para penerjun muda yang membelah angkasa mengingatkannya pada masa ketika ia terjun ke hutan belantara Papua, Irian kala itu, ketika dini hari.

Berbekal kemampuan fisik dan rasa percayanya pada Presiden Soekarno, ia ikut dalam operasi pengusiran Belanda yang penerbangannya dimulai dari Ambon itu.

Perjuangannya tak mudah karena saat itu, penerjunannya tak sukses sepenuhnya. Ia menyangkut di salah satu pohon di rimba itu dengan ketinggian lebih dari 20 meter. Semangatnya tak padam meski harus menunggu hingga matahari terbit untuk membebaskan diri.

Advertisement

Saat itu, ia masih berpangkat kopral satu yang mengingat dengan jelas ucapan presidennya. “Hitam adalah saudara sendiri, putih tembak,” ujarnya menirukan kalimat pimpinannya.

Dalam acara ini, nyaris 55 tahun kemudian, sangat tak menyangka, ia bisa bertemu warga Sorong Selatan tempat ia dulu menegakkan bendera merah putih dan dikenang dalam monumen. “Rasanya saya seperti muda kembali,” ujar pria 84 tahun ini sembari berkaca-kaca bernostalgia.

Dari sejumlah prajurit yang bertugas di operasi yang sama, Kusmari kini hanya tinggal berdua dengan rekannya yang masih tetap dianugerahi usia panjang. Sisanya sudah menutup usia lebih dahulu, termasuk tewas ketika menjalankan misinya.

Upacara peringatan yang dipimpin langsung oleh Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto ini dihadiri 1.800 prajurit yang hadir dari berbagai kota.

“Kiranya makna peringatan hari ulang tahun ini dapat memacu motivasi, semangat juang, dan profesionalisme seluruh prajurit Korpaskhas,” ujar Marsekal Hadi.

Perwira tinggi kelahiran Malang ini juga menyematkan brevet, baret jingga, dan jaket Korpaskhas kepada empat warga kehormatan yang terdiri dari Sugianto Sabran, Gubernur Kalimantan Tengah, Nurhidayah, Bupati Kota Waringin Barat, Samsudin Anggilui, Bupati Sorong Selatan, dan Frederikus Gebze, Bupati Merauke.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif