Jogja
Rabu, 18 Oktober 2017 - 22:40 WIB

Akademisi dari Berbagai Negara Berkumpul Bahas Produk Pertanian

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Berbagai produk pertanian dipamerkan pada acara KTNA Expo di Gedung Sasana Manggala Sukowati Sragen, Rabu (14/12/2016). Kegiatan ini digelar hingga Jumat (16/12/2016). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Akademisi Asia Eropa menyorot hulu hilir agro industri.

Harianjogja.com, JOGJA— Puluhan akademisi dari perwakilan Asia dan Eropa menggelar International Conference on Green Agro Industry (ICGAI) ke-3 2017 di Hotel Inna Garuda, Jogja, Rabu (18/10/2017) hingga Kamis (19/10). Agro Industri dari hulu hingga hilir terutama berkaitan dengan kesehatan pangan menjadi pembahasan dalam pertemuan ilmiah tersebut.

Advertisement

Ketua Panitia ICGAI 2017 Muhammad Nurcholis menjelaskan, pada konferensi tersebut pihaknya mengangkat tema tentang optimalisasi sumber daya untuk mendukung agro industri yang berkelanjutan.

Pertemuan itu bisa menjadi masukan dan referensi bagi pihak terkait terutama pemerintah, di tengah mulai berkembangnya agro industri di Indonesia. Indikator perkembangan itu salah satunya dapat dilihat
semakin meningkatkan home industry terutama berbahan dasar dari produk pertanian.

“Pada dekade ini perkembangan agro industri sudah semakin bagus terutama di tingkat UMKM. Di tingkat dari industri rumahan juga berkembang, dari awalnya bekerja sendiri kemudian mempekerjakan
tetangga. Itu mulai muncul, yang tidak hanya menjual dari produk pertanian,” terangnya di sela-sela konferensi, Rabu (18/10/2017).

Advertisement

Nurcholis menegaskan, di tengah perkembangan itu, akademisi memiliki tanggungjawab sosial untuk mengidentifikasi permasalahan agar menghasilkan kontribusi solusi guna mendukung agro industri tersebut terus meningkat kualitas dan kuantitasnya. Identifikasi masalah dilakukan dari semua aspek baik on farm atau segala proses proses yang langsung berhubungan dengan budidaya pertanian di lapangan dan aspek off farm yang merupakan proses komersialisasi hasil pertanian seperti halnya pedagang. Beberapa persoalan on farm yang disorot antara lain, sumber daya tanah, lingkungan, proses pananaman, kemudian pada off farm terkait proses industrinya.

Dari kedua aspek tersebut, lanjut dia, yang dinilai penting lagi adalah terkait kesehatan pangan sebagai dampak dari hasil pertanian. Mengingat persoalan kesehatan pangan di era saat ini justru kadang
dapat muncul di hulu atau ketika proses on farm. Salah satu masalah yang sering terjadi adalah terkontaminasinya antara tanah, air dengan limbah.

“Era saat ini yang tidak kalah penting adalah kesehatan pangan bisa muncul permasalahannya dari hulu seperti saat muncul kontaminasi tanah, air dengan limbah. Itulah yang harus ditangani, jangan sampai limbah itu kemudian masuk ke dalam makanan itu lalu ke tubuh manusia,” tegas dia.

Advertisement

Persoalan tersebut, kata dia, memang bukan sepenuhnya domain dari akademisi pertanian namun bisa melibatkan disiplin ilmu lain dalam mencari solusi. Oleh karena itu, melalui konferensi tersebut diharapkan dapat saling memberikan tukar informasi dari negara Asia dan Eropa. Apalagi setiap Negara tersebut memiliki karakter agro industri yang berbeda.

Di Indonesia misalnya, lebih menonjol sektor industri rumahan karena mayoritas masyarakat memiliki lahan sempit. Berbeda dengan New Zealand yang memiliki area lahan luas sebagai lokasi peternakan sehingga menghasilkan susu skala besar. Akademisi yang terlibat berasal dari sejumlah negara seperti Belanda, Malaysia, Thailand, Filipina, Jepang, Hungaria dan beberapa negara lainnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif