Jogja
Selasa, 17 Oktober 2017 - 18:40 WIB

Ada Keanehan di Ramalan Cupu Panjala

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Juru kunci dan sejumlah ahli waris pemilik Cupu Kyai Panjala membuka kain mori pembungkus cupu saat upacara tradisi pembukaan Cupu Kyai Panjala, di Dusun Mendak, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Selasa (17/10/2017). (Istimewa/Dok Pribadi).

Cupu Panjala dibuka di Gunungkidul.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL— Tradisi pembukaan Cupu Kyai Panjala di Dusun Mendak, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang selalu dinantikan sebagian orang yang percaya akan pertanda peristiwa satu tahun yang akan datang. Ribuan orang pun turut menyaksikan langsung untuk mengetahui pertanda tersebut. Di ritual pembukaan Cupu Panjala kali ini, ada kenaehan yang ditemukan juru kunci.

Advertisement

Kepala Desa Girisekar yang juga merupakah trah dari pemilik Cupu Kyai Panjala, Sutarpan mengatakan pembukaan cupu dimulai pada Selasa (17/10/2017) sekitar pukul 01.15 WIB. Dalam prosesi pembukaan cupu berbalut kain mori tersebut diiringi dengan hujan beberapa saat. “Meskipun hujan yang datang banyak, ada ribuan,” kata Sutarpan, Selasa (17/10/2017).

Saat prosesi dimulai, balutan kain mori dibuka untuk melihat tiga cupu yang ada di dalamnya. Tiga cupu tersebut masing-masing memiliki nama. Cupu pertama adalah Semar Tinandu yang merupakan gambaran keadaan penguasa dan pejabat tinggi, Palang Kinantang sebagai gambaran untuk masyarakat menengah ke bawah, sedangkan Kenthiwiri adalah gambaran untuk rakyat kecil.

Dalam prosesi pembukaan tersebut, seorang juru kunci melihat dan menyebutkan tafsiran gambar yang muncul dalam setiap lembar kain mori. “Tahun lalu hanya ada sekitar 30 gambar yang muncul, tapi tahun ini cukup banyak, total ada 47 gambar yang muncul,” ujarnya.
Dalam setiap gambar yang muncul tersebut menurut dia memiliki arti masing yang semuanya dianggap penting sesuai dengan tafsirannya.

Advertisement

Namun menurutnya salah satu pertanda yang jarang ditemui adalah berubahnya posisi cupu pada saat kain mori dibuka. “Yang belum pernah terjadi itu posisi cupunya. Semar Tinandu jejek [tegap], Palang Kinantang jejek [tegap], tapi kok Kenthiwirinya doyong,” kata dia.

Menurut Sutarpan yang juga ikut membuka kain mori, hal itu merupakan pertanda khusus karena jarang terjadi. Namun ia tak bisa mengartikan secara jelas mengenai pertanda yang ada tersebut. Pun demikian masalah gambaran masa yang akan datang, menurut dia tergantung dengan tafsiran masing-masing orang. Pihaknya sebagai salah satu ahli waris pemilik Cupu Kyai Panjala hanya bertugas menyampaikan gambaran yang ada.

Namun demikian dia hanya berharap masyarakat dapat mengambil sisi positif dari segala pertanda tersebut. “Masyarakat lebih dapat menumbuhkan semangat untuk bekerja dan semakin meningkatkan janlinan persaudaraan. Itu [Cupu Kyai Panjala] kan semua elemen berkumpul di dalamnya, jadi harapnnya agar kesatuan NKRI tetap terjaga,” katanya.

Advertisement

Salah seorang warga Desa Purwosari, Kecamatan Panggang, Edi Setiawan mengaku tidak serta merta mempercayai Cupu Kyai Panjala dapat memberikan gambaran atau ramalan tentang apa yang terjadi. Namun baginya tradisi pembukaan Cupu Kyai Panjala adalah sebuah budaya yang harus dilestarikan.

“Saya sebenarnya tidak percaya ramalan dan baru pertama kali datang ke sini [tradisi pembukaan Cupu Kyai Panjala]. Tapi menurut saya, sebuah guci [cupu] yang diyakini melontarkan ramalan itu justru menarik sebagai hasanah benda pusaka,” ujar Edi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif