Jogja
Senin, 16 Oktober 2017 - 22:20 WIB

Budidaya Ikan Masih Banyak Kendala

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Rifky Effendi Hardjanto (tengah) bersama Bupati Sleman Sri Purnomo, Asek Bidang Perekonomian dan Pembangunan Provinsi DIY, Sigit Sapto Raharjo dan Direktur Ponpes MBS Prambanan, Fajar Sadik saat panen perdana budidaya ikan lele sistem bioflok di Ponpes Modern Muhammadiyah Boarding School (MBS) Prambanan Sleman, Jumat (13/10/2017). (Harian Jogja/Abdul Hamid Razak)

Pembudidayaan lele sistem bioflok masih terkendala tingginya angka kematian ikan

Harianjogja.com, SLEMAN-Produksi budidaya ikan selam ini masih dikembangkan karena salah satu andalan. Namun, banyak kendala yang dihadapi untuk mewujudkannya.

Advertisement

Asek Bidang Perekonomian dan Pembangunan Provinsi DIY Sigit Sapto Raharjo menjelaskan, produksi budidaya ikan selama ini masih diandalkan dan dikembangkan. “Karena lahan di DIY terbatas, maka dibutuhkan inovasi teknologi budidaya ikan.  Sistem bioflok akan sangat tepat dan akan membantu kepada kelompok pembudidaya ikan dalam menekan biaya,” jelas dia.

Bupati Sleman Sri Purnomo berharap, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperbanyak bantuan bibit lele dan sarana budidaya ikan kepada pondok-pondok pesantren di wilayah Sleman. Dengan begitu, katanya, pondok-pondok pesantren dapat menghidupkan perekonomiannya.

“Budidaya seperti ini berputar, bergulir dan dapat dikembangkan. Tujuannya untuk mensejahterakan pondok pesantren itu sendiri,” kata dia.

Advertisement

Baca juga : Menguntungkan, KKP Kembangkan Sistem Bioflok di Pesantren dan Seminari

KKP sendiri telah memiliki program yang ditujukan bagi tempat-tempat pendidikan agama. Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Rifky Effendi Hardjanto menargetkan pengembangan sistem bioflok di 168 pondok pesantren dan seminari untuk tahun ini.

Direktur Ponpes MBS Prambanan Fajar Sadik mengungkapkan, pembudidayaan lele sistem bioflok masih terkendala tingginya angka kematian ikan. Dari 36.000 bibit yang ditebar sekitar 14.000 yang mati. Meski begitu, dia menilai sistem ini cukup menguntungkan lantaran masa budidayanya singkat. Sejak ditebar pada 28 Agustus 2017, pihaknya hanya butuh waktu 47 hari untuk bisa memanen.

Advertisement

“Hasil panennya juga bagus. Untuk satu kilogram isi 12-13 ekor. Kami akan melanjutkan usaha ini. Sudah disiapkan lahan untuk pengembangannya,” ujar Fajar.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif