News
Senin, 16 Oktober 2017 - 21:55 WIB

Pemahaman Fitur dan Risiko Produk Keuangan Kurang, Apa Sebabnya?

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepala OJK DIY, Untung Nugroho (tengah) menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Literasi Keuangan di UNY didampingi Founder Generasi Cerdas Keuangan Ratna Candra Sari (kiri), dan Kepala Sub Bagian Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK DIY Asteria Diantika, Sabtu (14/10/2017). (IST/Dok OJK DIY)

Di sisi lain, masyarakat belum sepenuhnya memahami produk dan layanan tersebut sehingga produk-produk tersebut belum dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraannya

Harianjogja.com, JOGJA-Perkembangan sektor jasa keuangan di Indonesia tumbuh pesat. Beragam produk dan layanan keuangan yang ditawarkan kepada masyarakat sudah banyak digunakan, tetapi masyarakat belum paham fitur dan risiko dari produk-produk tersebut.

Advertisement

Hal tersebut dikatakan Kepala OJK DIY, Untung Nugroho saat menyampaikan materi tugas dan fungsi OJK serta perkembangan literasi keuangan di Indonesia, dalam Seminar Nasional Literasi Keuangan, Cerdas Mengelola Keuangan dengan Menganalisis Peluang Investasi di Era Digital yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, Sabtu (14/10/2017).

Ia mengatakan, perkembangan sektor jasa keuangan di Indonesia tumbuh dengan pesat. Di sisi lain, masyarakat belum sepenuhnya memahami produk dan layanan tersebut sehingga produk-produk tersebut belum dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) kedua yang dilakukan OJK pada 2016 menunjukkan Indeks literasi keuangan dan indeks inklusi keuangan mengalami peningkatan dibandingkan SNLIK 2013. Indeks literasi keuangan meningkat dari 21,84% menjadi 29,66%.

Advertisement

“Artinya telah terjadi peningkatan pemahaman keuangan atau well literate,” kata Untung dalam seminar tersebut.

Sementara, indeks inklusi keuangan atau akses terhadap produk dan layanan jasa keuangan dari 59,74% menjadi 67,82%. Namun, dari beberapa sektor jasa keuangan masih terdapat tingkat literasi dan inklusi keuangan yang sangat rendah yaitu di sektor pasar modal.

DIY pada survei 2016 memiliki Indeks literasi keuangan sebesar 38,55%, berada di peringkat ke -3 secara nasional, dan Indeks
inklusi keuangan sebesar 76,73%, berada di peringkat ke -2 secara nasional. “Dari indeks tersebut, dapat disimpulkan bahwa dari masyarakat di DIY yang menggunakan layanan jasa keuangan masih belum paham terkait produk yang digunakannya meliputi fitur, manfaat, dan risikonya,” lanjut Untung.

Advertisement

Pada kegiatan tersebut hadir pula sebagai narasumber financial planner serta PT First Asia Capital. OJK berharap dengan
kegiatan ini para peserta mengetahui tugas dan fungsi OJK, literasi keuangan akan meningkat, mampu mengelola keuangan secara baik dan benar, serta mengetahui bentuk praktek investasi di pasar modal. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 250 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan umum.

Advertisement
Kata Kunci : Harian Jogja Harjo
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif