Sport
Minggu, 15 Oktober 2017 - 21:55 WIB

Soal Kematian Choirul Huda, Begini Penjelasan Dokter

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Baihaqi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Choirul Huda (Twitter)

Kiper Persela Lamongan Choirul Huda meninggal dunia.

Solopos.com, LAMONGAN – Kiper Persela Lamongan Choirul Huda meninggal dunia setelah kritis akibat berbenturan dengan pemain lain saat bertanding, Minggu (15/10/2017). Pihak RSUD dr. Soegiri Lamongan yang menangani Huda saat kritis pun menjelaskan penyebab kematian kiper legendaris tersebut.

Advertisement

[Baca: Kiper Persela Lamongan Meninggal Dunia]

Seperti diketahui, Huda tampil membela Persela saat menghadapi Semen Padang dalam lanjutan Liga 1 di Stadion Surajaya, Lamongan, Minggu sore WIB. Huda tampil sejak menit pertama untuk menjaga gawang tim berjuluk Laskar Joko Tingkir itu.

Advertisement

Seperti diketahui, Huda tampil membela Persela saat menghadapi Semen Padang dalam lanjutan Liga 1 di Stadion Surajaya, Lamongan, Minggu sore WIB. Huda tampil sejak menit pertama untuk menjaga gawang tim berjuluk Laskar Joko Tingkir itu.

Namun, pada injury time babak pertama Huda mengalami insiden. Saat itu, ia menghalau bola dan bertabrakan dengan bek Persela, Ramon Rodriguez, serta penyerang Semen Padang Marcel Sacramento. Huda sempat duduk setelah itu namun selanjutnya ia justru tak sadarkan diri.

[Baca Juga: Deti-detik Choirul Huda mengalami benturan]

Advertisement

“Choirul Huda mengalami trauma benturan dengan sesama pemain, sehingga terjadi apa yang kita sebut henti napas dan henti jantung. Oleh teman-teman medis di Stadion sudah dilakukan penanganan pembebasan jalan napas dengan bantuan napas. Kemudian dirujuk ke UGD RSUD dr Soegiri,” kata Yudistiro seperti dikutip dari laman resmi Persela.

“Di ambulans juga ditangani secara medis untuk bantuan napas maupun untuk penanganan henti jantung. Sesampainya di UGD segera ditangani. Kita lakukan pemasangan alat bantu nafas yang sifatnya permanen. Kita lakukan inkubasi dengan memasang alat semacam pipa napas. Itu yang menjamin oksigen bisa 100 persen masuk ke paru-paru. Dengan itu kita harapkan kita melakukan pompa otak sama jantung.”

“Sempat ada respon dari Choirul Huda dengan adanya gambaran kulit memerah, tetapi kondisnya tetap semakin menurun. Pompa jantung dan otak itu dilakukan selama 1 jam tidak ada respon. Tidak ada reflek tanda-tanda kehidupan normal. Kemudian kita menyatakan meninggal pada pukul 16.45. Kita sudah mati-matian untuk mengembalikan fungsi vital tubuh Choirul Huda,” jelasnya.

Advertisement

Menurut analisis timnya, Yudistiro menyatakan Huda henti napas dan jantung akibat benturan. Kendati demikian, dia tidak bisa memutuskannya secara pasti. Pasalnya, pihaknya tak sempat melakukan scanning.

“Sesuai analisa awal benturan ada di dada dan rahang bawah. Ada kemungkinan trauma dada, trauma kepala dan trauma leher. Di dalam tulang leher itu ada sumsum tulang yang menghubungkan batang otak. Di batang otak itu ada pusat-pusat semua organ vital, pusat denyut jantung dan napas. Mungkin itu yang menyebabkan Choirul Huda henti jantung dan henti napas,” urai Yudistiro.

“Itu analisis awal kami, karena tim kami gak sempat melakukan scanning, karena Mas Huda tidak layak transport dengan kondisi kritis seperti itu. Kita tidak bisa mengkondisikan untuk dibawa ke Radiologi. Kita lebih menangani kondisi awal,” tutupnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif