Jogja
Sabtu, 14 Oktober 2017 - 06:55 WIB

Gara-gara Ini Petani Garam Gunungkidul Berhenti Produksi

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah) Pembuat garam Gunungkidul

Namun, harga yang cukup tinggi tersebut belum dapat dinikmati oleh petani garam

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Budidaya garam di Pantai Sepanjang, Kecamatan Tanjungsari belum optimal. Sejak turun hujan beberapa hari terakhir petani garam pun berhenti produksi  lantaran keterbatasan peralatan.

Advertisement

Ketua Kelompok Petani Garam Sepanjang Lestari Priyo Subyo mengatakan, saat ini produksi garam di Pantai Sepanjang berhenti sementara. Sejumlah terpal yang biasa digunakan untuk tambak garam pun sudah tidak digunakan.

“Sebelumnya masih beroperasi tapi karena sekarang hujan terus jadi berhenti. Terpalnya sudah digulung dan sekarang lahannya itu ditanami jagung,” kata dia, Jumat (13/10/2017).

Selama ini untuk dapat memproduksi garam pihaknya masih sangat bergantung pada sinar matahari. Sehingga pada saat terik matahari berganti hujan seperti sekarang ini, pihaknya pun tidak dapat berbuat apa-apa. Terlebih lokasi produksi garam merupakan tempat terbuka dan tidak ada atap yang bisa menghindarkan dari air hujan.

Advertisement

“Kalau didukung peralatan yang memadai kami yakin kelompok kami dapat memproduksi garam dengan kualitas yang bagus. Tapi selama ini kan baru percobaan dan peralatannya belum memadai, sehingga produksi pun belum maksimal,” kata Priyo.

Di sisi lain, dia mengakui budidaya garam memang cukup menjanjikan. Pada saat awal percobaan budidaya garam dengan menggunakan terpal yang lebarnya 4×6 meter persegi, mampu menghasilkan 30 hingga 40 kilogram (kg) garam. Sementara harga jual garam pun cukup bagus yakni Rp5.000 per kg, sehingga cukup menguntungkan bagi petani.

Namun, harga yang cukup tinggi tersebut belum dapat dinikmati oleh petani garam, khusunya bagi anggota kelompok Petani Garam Sepanjang Lestari yang berjumlah 20 orang. Mereka tidak bisa merasakan harga tinggi lantaran produksi berhenti.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif