Soloraya
Jumat, 13 Oktober 2017 - 18:15 WIB

Dinsos Wonogiri Jemput Pria Gangguan Jiwa yang Bertahun-Tahun Dikerangkeng

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Supriyanto, 40, saat dijemput petugas Dinkes, Dinsos, dan Polsek Selogiri untuk dibawa ke RSUD Wonogiri, Jumat (13/10/2017). (Istimewa/Humas Polres Wonogiri)

Seorang pria pengidap gangguan jiwa hidup dalam kurungan besi selama bertahun-tahun.

Solopos.com, WONOGIRI — Dalam kurungan besi 5x3x2 meter di Dusun Ringinanom, RT 002/RW 003, Desa Jaten, Kecamatan Selogiri, seorang laki-laki telanjang bulat. Kaki kirinya dirantai. Tubuhnya bau dan kotor.

Advertisement

Supriyanto, 40, sudah bertahun-tahun mendekam dalam kurungan itu. Supriyanto menderita gangguan jiwa. Berkali-kali keluarganya membawanya ke rumah sakit jiwa namun setiap kali pulang, gangguan jiwanya kembali kambuh.

“Dia sudah keluar masuk rumah sakit jiwa. Tetapi, setiap pulang penyakitnya kambuh,” kata Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial (Dinsos) Wonogiri, Noer Noegrahawati, kepada Solopos.com, Jumat (13/10/2017).

Noer mengungkapkan Supri merupakan salah satu orang yang terjaring saat Pemkab Wonogiri melakukan razia korban pasung pada 2013 lalu. Selain itu, dinas terkait juga sudah melakukan penanganan terhadap Supri pada 2015 lalu.

Advertisement

Dinsos dan Dinkes bersama Polsek Selogiri kembali mendatangi Supri pada Jumat (13/10/2017). Supri dibawa ke RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri setelah dimandikan di dalam kurungan dan diberi pakaian.

Salah satu anggota Polsek Selogiri, Brigadir Muli Haryanto, memandikan Supri tanpa canggung menggunakan selang. “Ini adalah bentuk kepedulian sosial dan panggilan hati. Jadi ada kebanggaan tersendiri bagi saya, ” ujarnya.

Sementara ibu Supri, Sumirah, mengucapkan terima kasih karena Supri dirawat di RSUD. Sumirah mengaku tidak tahu harus bagaimana menangani Supri. Jika dibiarkan Supri akan mengganggu orang lain. Namun jika dikurung, dia merasa kasihan terhadap anaknya.

Advertisement

Dokter spesialis kedokteran jiwa RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, Romy Novrizal, memprediksi masih ada korban pemasungan lainnya di daerah pelosok yang tidak terdeteksi. “Pada 2011 lalu, kasus pemasungan di Wonogiri tertinggi kedua di Jawa Tengah. Hingga saat ini, belum ada data terbaru,” ujarnya.

Sementara itu, Kapolsek Selogiri, AKP Sentot Ambar Wibowo, mewakili Kapolres Wonogiri, AKBP Muhammad Tora, mengatakan penjemputan korban pasung itu merupakan wujud kepedulian terhadap masyarakat. Dia menegaskan turut berkomitmen memberantas pemasungan orang di Wonogiri sekaligus mendukung Program Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Bebas Pasung 2017.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif