Jogja
Kamis, 12 Oktober 2017 - 06:40 WIB

Siap-Siap, Kawasan Janti Bakal Semakin Macet

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga menunggu kereta api melintas di bawah jembatan layang Janti. Foto diambil pada September 2017 . (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

Penutupan perlintasan kereta api bakal memicu kemacetan di Janti.

Harianjogja.com, SLEMAN— Warga di kawasan pintu perlintasan kereta api di jembatan layang (flyover) Janti menolak rencana pemerintah menutup pintu perlintasan tersebut karena dinilai merugikan banyak pihak. Salah satunya soal potensi kemacetan di kawasan ini.

Advertisement

Rencana penutupan palang pintu perlintasan kereta api di Janti, Caturtunggal, Depok menuai penolakan dari warga setempat. Penutupan ini dianggap akan mengganggu akses jalan masyarakat dan berdampak bagi perekonomian.

Warga memasang empat spanduk berisi penolakan yang dipasang di sisi jalan di bawah Flyover Janti. Spanduk ini sudah dipasang sejak tiga hari belakangan setelah sebelumnya dibahas di forum pertemuan warga. Agus, salah satu warga setempat yang ditemui di lokasi mengatakan jika perlintasan kereta api itu menjadi akses utama bagi warga untuk bersekolah maupun mendapatkan layanan kesehatan.
“Anak sekolah naik sepeda biasanya juga lewat sana [perlintasan], yang mau ke rumah sakit juga, kalau harus muter lewat jembatan layang kan kurang efektif,” ujarnya, Rabu (11/10/2017).

Penutupan palang pintu juga dikhawatirkan mengurangi pendapatan sejumlah pedagang yang ada di kawasan tersebut karena banyak pembeli datang dari arah selatan. Tidak hanya itu, penutupan pintu perlintasan tersebut juga diyakini merugikan masyarakat luas, karena kawasan jembatan layang bakal semakin macet.

Advertisement

Agus mengatakan, akses jalan perlintasan di bawah jembatan layang bukan hanya penting bagi warga sekitar namun juga masyarakat luas. Hal ini dibuktikan dari lalu lintas di ruas jalan itu yang terus ramai selama 24 jam.

Jika ditutup, ia mengatakan kemacetan pasti bakal terjadi di ruas jalan sekitarnya khususnya di masa-masa padat. “Kalau ditutup pasti tambah macet sekitarnya, sekarang saja sudah parah, apalagi kalau masuk musim liburan, walah,” tambah pria yang juga memiliki bengkel di dekat perlintasan itu.

Terlebih lagi, warga belum pernah mendapatkan sosialisasi langsung mengenai penutupan ini selain melalui spanduk pemberitahuaan yang dipasang dan media massa. Karena itu, warga tidak tahu mengenai alternatif yang akan diberikan sebagai pengganti jalur perlintasan kereta api ini. Sepengetahuannya, alternatif yang bisa digunakan masyarakat ialah memutar lewat Jl. Solo menuju jembatan layang atau melintas lewat kampung melalui perlintasan tanpa palang pintu.

Advertisement

Heru Subardi, Kepala Dusun Janti juga membenarkan potensi kemacetan yang terjadi apabila perlintasan ditutup. Menurutnya, jika perlintasan ditutup kemungkinan jalan di sisi barat yang berada di dalam kampung akan sangat padat karena dijadikan alternatif oleh masyarakat dan menjadi masalah baru.

Terkait spanduk penolakan yang dipasang, dikatakannya karena masyarakat mempertanyakan uji coba tersebut. Ia juga sudah menghubungi sejumlah dinas terkait karena menganggap perlu dilakukan kajian ulang dengan rencana itu. “Sebatas keluh kesah warga, apakah sudah layak ditutup, alasannya tepat atau tidak,” jelas dia. Menurutnya, kecelakaan lalu lintas yang ada di titik itu juga tidak terlalu tinggi.

Pemerintah sendiri akan menguji coba penutupan perlintasan kereta api di sejumlah titik termasuk di Janti. Percobaan ini akan dilakukan mulai 26 Oktober mendatang hingga 26 November. Penutupan pintu perlintasan salah satunya dikarenakan pemerintah akan menambah jumlah kereta yang melintas di kawasan ini sehingga lalu lintas kereta semakin padat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif