Jogja
Kamis, 12 Oktober 2017 - 08:40 WIB

Penutupan Perlintasan Kereta Ditolak Warga, Ini Tanggapan PT KAI

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga menunggu kereta api melintas di bawah jembatan layang Janti. Foto diambil pada September 2017 . (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

PT.KAI Daop VI Jogja menyatakan, penutupan pintu perlintasan karena alasan keselamatan.

Harianjogja.com, SLEMAN— Warga di kawasan pintu perlintasan kereta api di jembatan layang (flyover) Janti menolak rencana pemerintah menutup pintu perlintasan tersebut karena dinilai merugikan banyak pihak. PT Kereta Api Indonesia (KAI) menyampaikan sejumlah dalih.

Advertisement

Rencana penutupan palang pintu perlintasan kereta api di Janti, Caturtunggal, Depok menuai penolakan dari warga setempat. Penutupan ini dianggap akan mengganggu akses jalan masyarakat dan berdampak bagi perekonomian.

Warga memasang empat spanduk berisi penolakan yang dipasang di sisi jalan di bawah Flyover Janti. Spanduk ini sudah dipasang sejak tiga hari belakangan setelah sebelumnya dibahas di forum pertemuan warga.

Manager Humas PT KAI Daerah Operasional (Daop) VI Jogja Eko Budiyanto mengatakan, penutupan tersebut merupakan ranah dari Kementriaan Perhubungan terkait UU No.23/2007 tentang Perkeretaapiaan, utamanya terkait keselamatan perjalanan kereta api.

Advertisement

Pasalnya kata dia, frekuensi kereta api rute Jogja-Solo diperkirakan akan semakin banyak dalam waktu mendatang. Saat ini, setidaknya ada 96 kereta selama 24 jam yang lalu lalang di ruas perlintasan tersebut. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat dengan dioperasikannya Kereta Rel Listrik (KRL) di seluruh wilayah Daop VI.

“Flyover dibangun sebenarnya agar orang tidak mengganggu perjalanan kereta api karena dikhawatirkan ada kecelakaan yang skalanya besar seperti Bintaro dulu,” ujar Eko Budiyanto, Rabu (11/10/2017). Ia mengakui lembaganya belum menggelar sosialisasi langsung kepada masyarakat terkait rencana penutupan tersebut. Sementara opsi akses jalan untuk masyarakat setempat dikatakannya sedang dibahas di tingkat provinsi.

Agus, salah satu warga setempat yang ditemui di lokasi mengatakan jika perlintasan kereta api itu menjadi akses utama bagi warga untuk bersekolah maupun mendapatkan layanan kesehatan.
“Anak sekolah naik sepeda biasanya juga lewat sana [perlintasan], yang mau ke rumah sakit juga, kalau harus muter lewat jembatan layang kan kurang efektif,” ujarnya, Rabu (11/10/2017).

Advertisement

Penutupan palang pintu juga dikhawatirkan mengurangi pendapatan sejumlah pedagang yang ada di kawasan tersebut karena banyak pembeli datang dari arah selatan. Tidak hanya itu, penutupan pintu perlintasan tersebut juga diyakini merugikan masyarakat luas, karena kawasan jembatan layang bakal semakin macet.

Agus mengatakan, akses jalan perlintasan di bawah jembatan layang bukan hanya penting bagi warga sekitar namun juga masyarakat luas. Hal ini dibuktikan dari lalu lintas di ruas jalan itu yang terus ramai selama 24 jam.

Jika ditutup, ia mengatakan kemacetan pasti bakal terjadi di ruas jalan sekitarnya khususnya di masa-masa padat. “Kalau ditutup pasti tambah macet sekitarnya, sekarang saja sudah parah, apalagi kalau masuk musim liburan, walah,” tambah pria yang juga memiliki bengkel di dekat perlintasan itu.

Pemerintah sendiri akan menguji coba penutupan perlintasan kereta api di sejumlah titik termasuk di Janti. Percobaan ini akan dilakukan mulai 26 Oktober mendatang hingga 26 November. Penutupan pintu perlintasan salah satunya dikarenakan pemerintah akan menambah jumlah kereta yang melintas di kawasan ini sehingga lalu lintas kereta semakin padat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif