News
Rabu, 11 Oktober 2017 - 18:00 WIB

PILPRES 2019 : Elektabilitas Prabowo Naik Padahal Belum Kerja, Begini Jika Lawan Jokowi

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum DPP Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto (kanan) memberikan keterangan pers seusai melakukan pertemuan di teras belakang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (17/11/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Widodo S. Jusuf)

Elektabilitas Prabowo naik dari posisi Agustus 2017. Namun, jika head to head lawan Jokowi di Pilpres 2019, ceritanya sedikit berbeda.

Solopos.com, JAKARTA — Prabowo Subianto masih menjadi calon rival terkuat bagi Presiden Joko Widodo dalam Pemilihan Presiden 2019 kendati Ketua Umum Partai Gerindra itu belum melakukan kerja politik.

Advertisement

Survei Indikator Politik Indonesia (IPI) pada 17-24 September mendapati elektabilitas Prabowo berada di bawah Jokowi dengan berbagai macam simulasi. Dari simulasi daftar nama, Prabowo dipilih 19,0% masyarakat, berbanding 47,3% yang mendukung Jokowi.

Dibandingkan dengan survei pada Agustus 2016, suara Prabowo naik sebesar 3,5% dari angka 15,5%. Sebaliknya, suara Jokowi hampir stagnan karena tahun lalu mendapat 46,7%.

Advertisement

Dibandingkan dengan survei pada Agustus 2016, suara Prabowo naik sebesar 3,5% dari angka 15,5%. Sebaliknya, suara Jokowi hampir stagnan karena tahun lalu mendapat 46,7%.

“Padahal Pak Prabowo belum kerja, masih tenang-tenang di Hambalang. Sedangkan Pak Jokowi blusukan dari Aceh sampai Papua stabil suaranya. Jadi jangan pikir Pak Jokowi menang mudah di Pilpres 2019,” kata Direktur Eksekutif IPI Burhanuddin Muhtadi dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (11/10/2017).

Meski demikian, tren berbeda terjadi dalam simulasi dua nama atau ketika Prabowo dan Jokowi head to head. Suara Jokowi meningkat dari 54,9% pada 2016 menjadi 58,9% setahun berselang. Kontras dengan Prabowo yang turun tipis dari 31,6% tahun lalu menjadi 31,3% pada 2017.

Advertisement

Kondisi serupa, lanjut Burhanuddin, memiliki preseden menjelang Pilpres 2014. Pada Desember 2013, survei menunjukkan elektabilitas Jokowi dan Prabowo masing-masing 60% dan 27%. Namun, pada Pilpres 2014, mantan Panglima Kostrad itu bisa meraih 47% suara atau melonjak 20% dibandingkan dengan Desember 2013.

“Ini menunjukan Pak Prabowo itu memiliki rekam jejak sebagai juru kampanye yang luar biasa,” tambah Burhan.

IPI mencatat elektabilitas Jokowi sebesar 58,9% itu masih jauh di bawah tingkat kepuasan terhadap pemerintah yang menyentuh angka 68,3%. Adapun, 29,5% masyarakat merasa tidak puas dengan kinerja pemerintahan saat ini.

Advertisement

Seperti survei dari lembaga lain, ketidakpuasan tertinggi terekam pada kondisi ekonomi. IPI mencatat hanya 43,3% masyarakat yang merasa ekonomi nasional membaik sedangkan 34,1% menganggap tidak ada perubahan dan 18,4% menilai tambah memburuk.

Sementara itu, kinerja paling baik pemerintahan Jokowi bersama Jusuf Kalla dirasakan pada pembangunan infrastruktur jalan, pelayanan kesehatan, sarana transportasi.

Burhanudin menjelaskan kinerja bukan satu-satunya tolok ukur kepuasan publik karena ada faktor lain semisal ideologi, identitas sosial, dan perilaku pribadi yang mempengaruhi. Faktor serupa juga turut menentukan dalam tingkat keterpilihan yang cenderung dipengaruhi persepsi.

Advertisement

“Persepsi bisa sesuai fakta atau tidak. Tapi dalam politik persepsi bisa lebih kuat dibandingkand engan kinerja Presiden,” tuturnya.

Survei IPI dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan 1.220 responden yang memiliki hak pilih dalam pemilihan umum dan dipilih secara acak. Marjin kesalahan rata-rata dari survei sebesar plus-minus 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif