News
Selasa, 10 Oktober 2017 - 01:20 WIB

Suar Surya Diduga Penyebab Paus Terdampar

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Relawan mencoba membuat paus yang terdampar di Golden Bay, Selandia Baru, tetap bertahan hidup. (JIBI/Reuters/Anthony Phelps)

Para peneliti menemukan dua badai matahari mengubah medan geometrik lokal

Harianjogja.com, NEW YORK-Pada awal 2016, terdapat 29 paus yang terdampar di Eropa dalam kurun waktu dua minggu. Hasil penelitian baru-baru ini menyebutkan, peristiwa itu disebabkan aktivitas matahari.

Advertisement

Sebuah badai matahari saat ini mempengaruhi atmosfer tinggi Bumi. Badai ini bisa menimbulkan korban tak terduga yakni paus-paus. Dilansir dari Space.com, penelitian baru-baru ini menemukan, peristiwa fatal terdamparnya 29 pada awal 2016, kemungkinan disebabkan aktivitas matahari. Yakni, ketika sejumlah energi yang sangat besar erupsi dari matahari dalam berbagai bentuk.

Penelitian itu menemukan, gelombang magnetik yang terpancar dari badai matahari bisa mempengaruhi navigasi paus sperma. Kebingungan navigasi bisa mematikan jika paus-paus itu akhirnya berenang ke perairan yang terlalu dangkal dan terjebak.

National Space Weather Prediction Center mengungkapkan, pada 4 September 2017, salah satu tipe badai matahari pelontaran massa koronal (Coronal Mass Ejection/CME) erupsi dari matahari. CME melontarkan plasma berenergi dan medan magnet dari permukaan matahari ke Bumi di mana hal itu bisa menyebabkan fluktuasi pada medan magnet Bumi. Hewan yang bermigrasi seperti paus sperma, burung, penyu laut, semuanya menggunakan medan geomagnetik untuk navigasi.

Advertisement

Peristiwa yang memungkinkan menjadi penyebab dari terdamparnya paus tahun lalu, terjadi pada periode 8 Januari hingga 4 Februari 2016, ketika 29 paus sperma jantan (Physeter microcephalus) ditemukan mati atau sekarat di pantai di Jerman, Perancis, Britania Raya, dan Belanda.

Berdasarkan laporan penelitian yang diterbitkan di International Journal of Astrobiology, hasil autopsi pada 22 paus menunjukkan, bahwa paus tersebut tercukupi nutrisinya dan tidak ada tanda-tanda penyakit. Para peneliti mengira jika sistem navigasi yang kacau menjadi penyebab paus-paus itu terdampar karena tidak ada penjelasan lain yang lebih memungkinkan. Tidak ada yang tahu pasti bagaimana paus sperma menggunakan medan geomagnetik untuk navigasi.

Namun, hewan-hewan itu mungkin memperhitungkan gradien medan magnet Bumi dari kutub ke khatulistiwa, serta arah medan magnet. Hal tersebut tertuang dalam laporan Klaus Heinrich Vanselow dari Kiel University di Jerman.

Advertisement

Vanselow dan rekannya mengumpulkan data dari mangetometer dari wilayah terdamparnya paus, dari Laut Norwegia di Samudra Atlantik Utara, selatan Azores (gugusan pulau di lepas pantai Portugal). Para peneliti menemukan dua badai matahari mengubah medan geometrik lokal. Dua badai matahari itu terjadi 20-21 Desember 2015 dan 31 Desember 2015-1 Januari 2016.

Sementara itu, di Solund, Norwegia, para peneliti menemukan intensitas dari medan magnet berubah dari 51.150 nanotesla (nT) menjadi 51.450 nT dan kemudian turun ke 50.520 nT. Hal itu menunjukkan adanya perubahan lebih dari 900 nT dalam waktu 18 jam, atau hampir sama dengan perubahan gradien yang mungkin saja dialami paus ketika berenang sejauh 460 km dari Shetland ke Norwegia.

Kemudian, badai matahari kedua menyebabkan intensitas lokal naik 230 nT, diikuti penurunan 310 nT. Perubahan itu mirip dengan yang dialami paus sepanjang 277 km perjalanan dari utara ke selatan untuk paus sperma. Selian perubahan intensitas, badai matahari juga mengubah arah medan magnet lokal. Perubahan itu bisa membuat sistem navigasi paus melenceng sekitar 300 km.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif