Soloraya
Selasa, 10 Oktober 2017 - 10:15 WIB

PERTANIAN SRAGEN : Bendung Gemolong Tak Kunjung Diperbaiki, Petani di Tunggul dan Sambi Sambat

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bendung Gemolong buatan masa penjajahan Belanda di wilayah Desa Sambi, Kecamatan Sambirejo, Sragen, jebol sejak puluhan tahun lalu yang mengakibatkan ratusan hektare sawah irigasi menjadi sawah tadah hujan, Senin (9/10/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Pertanian Sragen, petani ingin Bendung Gemolong yang jebol diperbaiki.

Solopos.com, SRAGEN — Bendung Gemolong di Desa Sambi, Kecamatan Sambirejo, Sragen, selebar 10 meter dan setinggi 5 meter jebol sejak 1990-an. Jebolnya bendung mengakibatkan ratusan hektare sawah di Desa Tunggul Kecamatan Gondang dan Desa Sambi Kecamatan Sambirejo menjadi areal tadah hujan yang hanya panen padi sekali dalam setahun.

Advertisement

Bupati Sragen Untung Wiyono saat menjabat membuatkan sarana irigasi alternatif berupa sudetan sepanjang puluhan kilometer yang diambil dari Bendung Gamping. Namun sudetan yang melintas dengan pipa besi berdiameter 1 meter yang melintas di aliran bawah Bendung Gemolong pun putus pada 2008-2009 lalu.

“Sejak 2009 sampai sekarang, ratusan hektare yang semula sawah irigasi teknis menjadi sawah tadah hujan. Ratusan hektare itu berada di Desa Tunggul Kecamatan Gondang dan Desa Sambi Kecamatan Sambirejo. Kami berharap pemerintah bisa membangunkan bendung permanen di aliran Waduk Gebyar Jambeyan itu supaya ratusan hektare sawah tadah hujan itu bisa kembali menjadi sawah irigasi teknis,” ujar Wakil Ketua Kelompok Tani Ngudi Rejeki Desa Tunggul, Gondang, Wagimin, 65, Senin (9/10/2017).

Areal sawah di bawah Kelompok Tani Ngudi Rejeki menacapai 70-an patok atau sekitar 24 hektare. Wagimin menyebut areal di bawah Kelompok Tani Ngudi Makmur seluas 100 patok. Belum lagi sejumlah kelompok tani di Tunggul lainnya dan di wilayah Desa Sambi.

Advertisement

“Ratusan hektare yang menjadi sawah tadah hujan sekarang itu ada,” ujarnya.

Wagimin masih ingat saat ada petugas teknis dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen survei ke lokasi tetapi memutuskan tidak berani membangunkan bendung karena kebutuhan dananya relatif besar. Dia menyampaikan Pemkab Sragen hanya bisa membantu dengan pembuatan saluran gantung dari besih. Tetapi belum lama ini saluran itu putus diterjang banjir dari atas.

Wagimin menjelaskan di bagian atas ada saluran irigasi yang diambilkan dari Bendung Telon tetapi aliran airnya tidak sampai Tunggul. Wagimin sadar pembangunan bendung pengganti Bendung Gemolong peninggalan Belanda itu membutuhkan dana besar.

Advertisement

“Kalau Pemkab tidak kuat dengan dananya kan bisa diajukan ke pemerintah provinsi atau pemerintah pusat yang dananya lebih besar. Saya kira pembangunan bendung itu bisa menggunakan APBN,” imbuhnya yang diamini Teguh, 40, petani lainnya.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sragen Suratno yang kebetulan tinggal di Desa Tunggul, Gondang, Sragen, pun memiliki harapan yang sama tentang adanya pembangunan Bendung Gemolong yang diharapkan para petani di Tunggul dan Sambi.

“Pembangunan bendung itu merupakan wujud dari keberpihakan pemerintah kepada petani. Kalau nantinya produktivitas pangan bisa meningkat ya seharusnya bendung itu segera diperbaiki atau dibangun,” imbuhnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif