News
Selasa, 10 Oktober 2017 - 17:17 WIB

Korut Dikabarkan Retas Rencana Perang Korea Selatan

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi hacking (google.img)

Korea Utara dikabarkan meretas data-data dari Korsel.

Solopos.com, SOLO – Korea Utara dilaporkan telah mencuri ratusan dokumen rahasia militer dari Korea Selatan, termasuk rencana operasional pada saat yang melibatkan sekutu mereka Amerika Serikat.

Advertisement

Laporan harian Chosun Ilbo seperti dikutip Antara, Selasa (10/10/2017), Rhee Cheol Hee, seorang anggota parlemen dari partai Demokrat yang berkuasa, mengatakan para peretas berhasil menembus jaringan militer Korea Selatan pada September dan mengakses ke 235 gigabyte data sensitif.

Di antara dokumen yang bocor tersebut terdapat Rencana Operasional 5015 yang digunakan bila harus berperang melawan Korea Utara serta prosedur untuk serangan “pemenggalan” terhadap pemimpin Kim Jong Un.

Rhee, anggota komite pertahanan di parlemen, tidak dapat dihubungi AFP untuk dimintai komentar, tetapi kantornya menyatakan dia telah dikutip dengan benar.

Advertisement

Mengutip Kementerian Pertahanan Seoul, Rhee mengatakan 80 persen dokumen yang bocor masih belum diidentifikasi.

Namun rencana kontingensi untuk pasukan khusus Korea Selatan telah dicuri, ia mengatakan, demikian juga dengan perincian latihan militer gabungan tahunan dengan Amerika Serikat dan informasi mengenai fasilitas-fasilitas militer utama dan pembangkit listrik.

Juru bicara kementerian menolak mengonfirmasi laporan itu, menyitir masalah intelijen menurut warta kantor berita AFP.

Advertisement

Pada Mei, kementerian menyatakan Korea Utara meretas intranet militer Seoul namun tidak menyatakan apa yang bocor.

Pyongyang memiliki unit spesialis perang siber kuat menurut pemerintah Korea Selatan. Unit itu dituduh melancarkan serangan siber tingkat tinggi, termasuk peretasan Sony Pictures pada 2014.

Laporan mengenai aksi peretasan Korea Utara itu muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai konflik di Semenanjung Korea, yang dipicu oleh ancaman terus-menerus. Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menjalankan aksi militer terhadap Pyongyang guna melemahkan ambisi senjata negara tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif