News
Selasa, 10 Oktober 2017 - 11:02 WIB

Dwi Hartanto Termasuk Mahasiswa Berprestasi saat Kuliah di IST Akprind, Ini Buktinya

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rektor Akprind Amir Hamzah saat menunjukkan data-data foto copy berupa ijazah kelulusan Dwi Hartanto, Senin (9/10/2017). (Harian Jogja/Sunartono)

Dwi Hartanto merupakan mahasiswa berprestasi saat menempuh pendidikan sarjana di IST Akprind Jogja.

Harianjogja.com, JOGJA- Dwi Hartanto yang membuat heboh lantaran pengakuan kebohongan atas prestasinya, diakui merupakan mahasiswa berprestasi saat menempuh pendidikan sarjana di IST Akprind Jogja.

Advertisement

Baca juga : Dulu Tak Mengakui, Dwi Hartanto Kini Bikin Malu Kampus IST Akprind

Sistem administrasi di kampus IST Akprind tergolong rapi. Sehingga data-data Dwi bisa dengan cepat didapatkan.

Advertisement

Sistem administrasi di kampus IST Akprind tergolong rapi. Sehingga data-data Dwi bisa dengan cepat didapatkan.

Salah satu data yang berhasil ditemukan antara lain, buku wisuda yang di dalamnya ada nama Dwi Hartanto yang pernah dijuluki sebagai The Next Habibie itu. Dalam data buku itu, namanya di nomor 63 ditandai dengan pas foto dengan model rambut yang nyaris tak berbeda dengan foto wajah yang viral di dunia maya.

Ia memiliki nomor induk mahasiswa 01052087 dengan IPK 3,88 dengan judul skripsi Membangun Robot Cerdas Pemadam Api Berbasis Algoritma Kecerdasan ANN. Materi skripsi yang jauh dari bahasan aerospacae itu dibimbing oleh dosen bernama Suwanto Raharjo dan Yuliana Rahmawati.

Advertisement

Sebagai bukti bahwa Dwi sangat brilian ketika menempuh S1 di Jurusan Teknik Informatika, Amir menyambar sebuah kertas yang berada di sebelah kanannya. Kertas bertuliskan hitam putih yang sedikit pudar itu adalah penggandaan dari salinan daftar nilai.

Dalam salinan itu nilai A mendominasi, dari 65 mata kuliah di daftar itu, Dwi memperoleh nilai A total 54 mata kuliah, hanya 11 mata kuliah saja ia mendapatkan nilai B. Termasuk sukses mempertahankan skripsinya tentang robotik sehingga diganjar dengan pujian A dalam salinan yang ditandatangani oleh Dekan Fakultas Teknologi Industri Joko Waluyo itu.

Amir sebenarnya pernah mengajar Dwi sebelum 2005, karena ia termasuk dosen Teknik Informatika. Tetapi ia tak mampu mengingat lagi bagaimana karakter ketika mengikuti perkuliahan karena telah belasan tahun silam. Namun berdasarkan data lain, Dwi aktif di UKM Robotika, bahkan menjadi salah satu anggota tim yang turut berkompetisi di Surabaya dalam kejuaraan robot tingkat nasional sebelum 2005.

Advertisement

Amir menambah satu referensi lagi berupa salinan ijazah milik Dwi Hartanto yang ditandatangani oleh Rektor Aprind di tahun 2005 yaitu Prof. Bambang Soedijono Wiriaatmadja. Dinyatakan lulus pada 15 Nopember 2005 sehingga berhak menyandang gelar Sarjana Komputer.

Sayangnya, ijazah itu seakan tak diakui warga Wonorejo RT06/RW01 Mejayan Madiun ini. Ketika Dwi melanglang di Technische Universiteit (TU) Delft Belanda, ia tak mengakui Akprind sebagai almamaternya. Dalam berbagai referensi, ia justru mengaku menempuh S1 di Tokyo Institute of Technology Jepang.

Jika anak tak menganggap ibu sering disebut durhaka, namun alumnus yang tak mengakui almamaternya hanya karena lupa atau disengaja. Akprind bersikap bijak. Tak akan mengambil jalur hukum atau bahkan mencabut gelar sarjananya. Apalagi, gelar itu didapatkan melalui proses ilmiah yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

Advertisement

Namun kekecewaan itu tak bisa ditutupi oleh seluruh pimpinan di kampus ini. Dari sebelumnya akan menerima Dwi dengan tangan terbuka sebagai dosen, namun pasca kebohongannya terkuak, sudah tertutup pintu bagi Dwi untuk berkarir di almamaternya.

“Tampaknya nggak, karena soal moral,” ujar Amir Hamzah saat ditanya kemungkinan akan merekrut Dwi sebagai dosen sesuai rencana awal.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif