Jogja
Senin, 9 Oktober 2017 - 19:40 WIB

PAMERAN JSSP : Membayangkan Wajah Masa Kolonial di Kotabaru

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Polisi lalu-lintas berfoto dengan patung berjudul Rolasan #3 karya seniman Amboro Laring yang dipamerkan dalam Jogja Street Sculpture Project "Antawacana" yang dipasang di berbagai sudut di sepanjang jalan Margo Utomo hingga jalan Kleringan, Yogyakarta, Jumat (30/10/2015). Pameran patung karya 32 pematung se-Indonesia itu berusaha mendekatkan karya patung yang biasanya dipamerkan didalam ruang pamer indor menjadi berada pada luar ruang atau jalanan agar mudah dinikmati oleh selurh lapisan masyarakat. (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Jogja Street Sculpture Project hadirkan seni patung di hawasan heritage Kotabaru

Harianjogja.com, JOGJAJogja Street Sculpture Project (JSSP) tahun ini kembali menggelar pameran seni patung yang kedua di Kota Jogja. Pembukaan pameran akan dimulai Selasa (10/10/2017) besok. Pameran ini ingin menengok wajah lama Kotabaru, Joga.

Advertisement

Pembukaan pameran akan berlangsung di depan Museum Sandi di Jalan Faridan M. Noto, Kotabaru, Gondokusuman, Yogyakarta. Ketua JSSP, Hedi Hariyanto, menuturkan terdapat 50 pematung yang berkontribusi dalam 54 karya seni yang dipamerkan tersebut.

Pameran seni patung ini dipersembahkan oleh Asosiasi Pematung Indonesia (API). Pameran ini mengambil tema Jogjatopia, yang berasal dari gabungan kata Jogja dan Utopia. Tema Jogjatopia bertujuan untuk menengok kembali sejarah pada masa kolonial di Kotabaru dan meraba visi kolonial yang utopis tentang masa depan. Kotabaru sendiri dipilih karena memiliki konteks sejarah Hindia Belanda yang melekat pada banyak gaya aksitekturnya.

Menurut Riyan Wulandari, selaku Lurah Kotabaru, dalam Konferensi Pers di Angkringan Kobar, Senin (9/10/2017), Pemanfaatan tata ruang Kotabaru adalah untuk ruang terbuka hijau (garden city), ruang terbuka umum, pemukiman, dan perkantoran. Bahkan karena secara geografis berdekatan dengan Malioboro sebagai pusat perdagangan, maka kawasan ini sekarang bertambah pula menjadi kawasan perdagangan dan jasa. Wilayah ini mau tidak mau merespon hal tersebut.

Advertisement

Kotabaru dianggap sebagai sebuah gagasan ideal tentang urban settlement yang lengkap dengan fasilitas publik. Selain itu, Kotabaru ditafsir dalam spektrum isu-isu perkotaan yang kompleks; terkait pluralisme, konflik, komersialisasi, aspirasi warga, dan konsekuensi sosial akibat perkembangan kota. Hal tersebut menjadi sebuah pertimbangan bagi para seniman API dalam memilih kawasan ini untuk gelaran kedua pameran JSSP.

Pameran JSSP 2017 memiliki kekhasan yang lebih spesifik dalam melihat ruang, tema, dan material yang digunakan, dengan menyesuaikan pada perkembangan dan wacana di dunia seni patung sekarang. “Setiap seniman merespons kompleksitas persoalan Kotabaru, baik dari segi sosial budaya, sejarah, kepentingan estetika, bahkan sampai keuangan. Persoalan tersebut ditampilkan secara visual agar masyarakat bisa melihat dan tahu,” terang Soewardi selaku Tim Artistik JSSP di Kotabaru, Senin (9/10/2017).

Pameran seni patung di jalanan Kotabaru ini diawali dengan Pameran Seni Maket di Museum Sonobudoyo Jogja pada 14 September hingga 20 September 2017. Anusapati, Ketua API, berharap karya-karya seniman tersebut bisa direspons oleh beberapa pihak dengan menampilkannya di luar ruangan.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif