Jateng
Minggu, 8 Oktober 2017 - 10:50 WIB

GERAKAN NONTUNAI : 30 PKL Simpang Lima dan Taman KB Kini Layani Transaksi Nontunai

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi ilustrasi transaksi nontunai dengan electronic data capture (EDC). (JIBI/Solopos/Antara/Arif Firmansyah)

Gerakan nontunai di Kota Semarang merasuk hingga para predagang kaki lima (PKL) Simpang Lima dan Taman KB.

Semarangpos.com, SEMARANG — Gerakan nontunai di Kota Semarang merasuk hingga para predagang kaki lima (PKL). Sebanyak 30 pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Simpang Lima dan Taman Keluarga Berencana (KB) Semarang dijadikan proyek percontohan transaksi nontunai oleh Dinas Perdagangan Kota Semarang.

Advertisement

“Kami melakukan terobosan untuk mendukung pemerintah mengampanyekan cashless society kepada masyarakat secara luas,” kata Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang Fajar Purwoto di Semarang, Jumat (6/10/2017).

Hal tersebut diungkapkannya di sela fasilitasi bagi PKL untuk pendaftaran pembayaran secara elektronik dengan pembukaan rekening di bank yang dilakukan di Kantor Dinas Perdagangan Kota Semarang. Ada puluhan PKL yang berdatangan ke Kantor Dinas Perdagangan Kota Semarang untuk mendaftar agar bisa melayani pembayaran secara elektronik yang tercakup dalam program e-bayar.

Fajar menjelaskan program yang dinamai e-bayar itu baru diterapkan kepada PKL di kawasan Simpang Lima dan Taman KB Semarang yang selama ini sudah menjadi ikon kuliner di Kota Atlas Semarang. “Baru tahap awal. Kami targetkan ada 30 PKL di kawasan Simpang Lima dan Taman KB yang sudah menerapkan sistem pembayaran nontunai dengan alat bernama EDC [electronic data capture],” katanya.

Advertisement

Menurut dia, persyaratan untuk penerapan sistem itu memerlukan NPWP (nomor pokok wajib pajak) pedagang yang akan dibantu pengurusannya oleh Dinas Perdagangan ke kantor pajak. “Saat ini kan tidak semua PKL juga punya kartu ATM [anjungan tunai mandiri]. Kami siapkan saja bagi siapa yang mau karena perkembangan teknologi sekarang ini semakin luar biasa,” katanya.

Bahkan, kata Fajar, bisa jadi dalam 5-6 tahun ke depan warga Semarang tidak lagi membawa uang tunai seperti negara-negara tetangga yang sudah lebih dulu menerapkan sistem pembayaran nontunai. Sementara itu, Ketua Paguyuban PKL Simpang Lima Semarang Mardi menyatakan mendukung program pembayaran nontunai yang digalakkan Dinas Perdagangan karena lebih aman bagi pedagang, misalnya terhindar dari uang palsu.

Saat ini, kata dia, pembeli di Sentra PKL Kuliner Simpang Lima tidak hanya dari warga Semarang, melainkan kebanyakan juga para pelancong dari luar kota yang justru banyak menanyakan pembayaran nontunai. Apalagi, ia mengungkapkan keberadaan PKL di Simpang Lima yang menjadi ikon Kota Semarang sudah menasional dan banyak dikunjungi wisatawan sehingga tepat ketika Dinas Perdagangan memfasilitasi sistem nontunai.

Advertisement

Dinas Perdagangan, lanjut dia, juga membantu membuatkan rekening bank bagi PKL meski diakuinya masih ada beberapa pedagang yang tidak setuju menerapkan pembayaran secara nontunai itu. “Ya, kalau ada PKL yang tidak mau, wajar. Kemampuan SDM kan sendiri-sendiri, mungkin ada yang tidak tahu manfaatnya, ada yang masih buta huruf. Silakan, yang mau akan difasilitasi,” katanya.

Penerapan e-bayar untuk bertransaksi itu menggandeng Bank Negara Indonesia (BNI) yang sekaligus memfasilitasi mesin EDC, yakni alat pembayaran nontunai yang dipasang di kawasan PKL Simpang Lima Semarang.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif