News
Sabtu, 7 Oktober 2017 - 20:00 WIB

Ternyata Ini Alasan Panglima TNI Dekat dengan Umat Islam

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gatot Nurmantyo (Dwi Prasetya/JIBI/Bisnis)

Panglima TNI membeberkan dirinya dekat dengan umat Islam lantaran sejarah.

Solopos.com, JAKARTA – Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo membeberkan alasan dirinya dekat dengan kelompok umat Islam. Panglima merasa heran lantaran kerap mendapatkan pertanyaan terkait hal itu.

Advertisement

Gatot dalam acara Pengajian Bulanan PP Muhammadiyah: Islam, TNI, dan Kedaulatan Bangsa di Jakarta, Jumat (6/10/2017) malam, mengatakan asal usul tentara dari umat Islam. “Sejarah TNI memang begitu. Tentara asal-usulnya dari umat Islam,” kata dia.

Panglima membeberkan asal usul TNI berasal dari tiga kesatuan militer yang didirikan oleh kaum santri pada 1943 yakni Divisi Mujahiddin, Hizbullah, dan Sabilillah. Setelah kemerdekaan, laskar-laskar ini melebur bersama elemen lain mendirikan Badan Keamanan Rakyat, sebagai cikal bakal TNI.

Advertisement

Panglima membeberkan asal usul TNI berasal dari tiga kesatuan militer yang didirikan oleh kaum santri pada 1943 yakni Divisi Mujahiddin, Hizbullah, dan Sabilillah. Setelah kemerdekaan, laskar-laskar ini melebur bersama elemen lain mendirikan Badan Keamanan Rakyat, sebagai cikal bakal TNI.

Menurut Gatot, perjuangan mereka semakin kuat setelah keluarnya fatwa jihad dari kiai. Elan “Merdeka atau Mati” terlihat ketika berlangsung Perang 10 November 1945 di Surabaya yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Mantan Panglima Kodam Brawijaya itu menambahkan pemimpin pertama TNI Jenderal Soedirman juga bekas Komandan Hizbul Wathon dan guru Muhammadiyah. Setelah kemerdekaan, kata dia, sebagian bekas pejuang melanjutkan karier kemiliteran, sisanya kembali menjadi orang sipil. “TNI sadar betul tak bisa dipisahkan TNI dan umat Islam,” ujar dia.

Advertisement

Dia meminta jangan ada upaya-upaya untuk mengganti dasar negara dengan ideologi lain. “Saya katakan bahwa Pancasila itu hadiah umat Islam kepada Indonesia,” tuturnya.

Di tempat yang sama, Guru Besar Ilmu Politik Universitas Pertahanan Salim Said juga memaparkan sebelum konsep mengenai keindonesian dilontarkan pada dekade 1920-an, Islam menjadi konsep perjuangan versus Belanda.

Pada masa pendudukan Jepang, lanjut Salim, kelompok santri mendominasi rekrutmen kesatuan Pembela Tanah Air yang lantas memegang pucuk TNI pada revolusi kemerdekaan. Namun, pascapengakuan kedaulatan 1949, pejuang berlatar belakang santri memilih keluar dari dunia militer.

Advertisement

“Orang Islam tidak ada budaya kerja sama dengan pemerintah. Jadi yang menguasai tentara kemudian bukan lagi santri,” tuturnya.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir meyakini peran umat Islam akan terus ada sepanjang Indonesia berdiri. Meski demikian, dia mewanti-wanti pada masa mendatang tantangan negeri ini tidak lagi perjuangan fisik tetapi perjuangan intelektual.

“Bangsa yang tanpa keunggulan strategis hanya akan menjadi objek penderita dari kekuatan manapun dari luar maupun dalam,” ujar Haedar.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif