Soloraya
Jumat, 6 Oktober 2017 - 20:35 WIB

PENGANIAYAAN SRAGEN : Mengaku Pendekar, Remaja Mondokan Dikeroyok 3 Pelajar

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pengeroyokan (Google image)

Penganiayaan dialami seorang remaja asal Mondokan, Sragen, gara-gara mengaku pendekar.

Solopos.com, SRAGEN — Seorang remaja asal Dukuh Mondokan, Sragen, Idw, 17, menjadi korban pengeroyokan tiga pendekar anak-anak di halaman SMPN 1 Mondokan, Sragen, Kamis (5/10/2017) sore.

Advertisement

Pengeroyokan itu diduga dipicu motif sakit hati karena Idw mengaku pendekar. Kapolsek Mondokan AKP Kabar Bandiyanto mewakili Kapolres Sragen AKBP Arif Budiman saat dihubungi Solopos.com, Jumat (6/10/2017) siang, menginformasi peristiwa itu berawal saat Idw mendapat telepon dari Dm, 15, warga Kedawung, Kamis pukul 15.45 WIB.

Kabar menjelaskan Dm meminta Idw datang ke SMPN 1 Mondokan. Setelah menerima telepon itu, Idw meninggalkan pekerjaannya dan menuju sekolah tersebut.

“Sesampainya di SMPN 1 Mondokan korban dipukul, ditendang di bagian dada secara bersama-sama oleh Dm, Ms, dan Rf. Korban mengalami luka memar di dada dan sesak napas. Korban sempat dibawa ke Puskesmas Mondokan. Atas kejadian tersebut, keluarga korban melapor ke Mapolsek Kedawung. Tiga pelaku itu masih anak-anak semua,” ujarnya.

Advertisement

Peristiwa itu sempat disaksikan dua pelajar SMPN 1 Mondokan, SN, 16, dan Id, 16. Mereka juga warga Mondokan. Dm, Ms, 16, dan Rf, 17, juga masih pelajar.

Dari tangan pelaku, polisi menyita barang bukti berupa dua unit ponsel. Kabar kemudian meminta keterangan saksi dan mendatangi rumah pelaku untuk mengetahui motif pengeroyokan tersebut.

“Kami mendatangi rumah terlapor Dm dan Ms di kampungnya. Kami menyuruh orang tua mereka membawa anak mereka ke Mapolsek Mondokan. Hanya Dm dan Ms yang datang. Sementara Rf tidak ada di rumah,” katanya.

Advertisement

Dari hasil pemeriksaan, Kabar menemukan fakta sebelum kejadian Idw mengaku sebagai pendekar dari perguruan silat tertentu. Kemudian Idw juga sempat menuding salah satu pelaku dari perguruan silat lainnya yang berseberangan.

“Korban bukan dari anggota dua perguruan silat di Mondokan. Karena mengaku sebagai pendekar, korban dianiaya tiga pendekar cilik,” tambahnya.

Kasus tersebut dilimpahkan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Sragen karena status pelaku masih anak-anak.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif