Jogja
Jumat, 6 Oktober 2017 - 09:40 WIB

Hati-hati, Tujuh Lokasi Ini Terpasang Kamera Pengintai

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kamera closed circuit television (CCTV). (custwin.com)

Dinas Perhubungan Sleman memasang CCTV di tujuh titik.

Harianjogja.com, SLEMAN— Sebanyak tujuh titik persimpangan di Sleman bakal dipasangi kamera pengintai Closed Circuit Television (CCTV). Sebagai tahap awal, dua lokasi yakni simpang tiga Colombo dan simpang empat Santikara bakal mulai dipasang tahun depan.

Advertisement

Secara keseluruhan, lima titik lainnya yakni simpang empat Ngablak Turi, simpang tiga Pamungkas Kaliurang, simpang empat Kronggahan, simpang empat Tajem, dan simpang empat Pasar Stan, Maguwoharjo. Kepala Dinas Perhubungan Sleman, Mardiana mengatakan dua lokasi tersebut diutamakan karena tingkat kepadatannya yang sangat tinggi.

“Ada tujuh simpangan yang kewenangannya di kabupaten, untuk dua titik iu ada beberapa pertimbangan,” ujarya, Kamis (5/10/2017). Untuk pemasangan kedua CCTV itu, pemerintah daerah mengalokasikan dana sebanyak Rp758 juta dari APBD Sleman. Beberapa titik lainnya akan dipasang secara bertahap meski saat ini proyek pemasangan CCTV di Pasar Stan baru masuk dalam proses lelang.

Menurut Mardiyana, kepadatan yang terjadi di dua wilayah itu bukan hanya berlaku satu arah namun dari berbagai sisi. Tingkat kepadatan lalu lintas ini yang kemudian banyak mengakibatkan kecelakaan lalu lintas. Karena itu, CCTV akan membantu pengukuran tingkat kepadatan yang terjadi untuk dilakukan pengaturan lampu lalu lintas, khususnya lampu hijau. Dikatakan jika pengaturan lampu lalu lintas memang sengaja dibedakan saat siang hari dan malam hari, menyesuaikan jumlah pengguna jalan.

Advertisement

Terpisah, Asisten Perencanaan dan Program Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) Wilayah DIY Nandang Sungkono membenarkan adanya informasi pembangunan JJLS di Gunungkidul dibiayai oleh ADB. Total dana yang diberikan untuk pembangunan mencapai Rp316 miliar. “Dana itu digunakan untuk paket pembangunan di perbatasan mulai dari Jerukwudel-Baran-Duwet sebesar Rp220 miliar dan satu paket untuk Girisekar-Legundi sebesar Rp96 miliar,” kata Nandang saat dikonfirmasi, kemarin.

Menurut dia, dua paket ini ditargetkan selesai lelang sebelum akhir tahun. Untuk paket Girisekar-Legundi sudah memasuki tahapan lelang, sedang untuk paket Jerukwudel-Baran-Duwet masih dalam tahap persiapan. “Meski tidak serempak, namun diharapkan lelang sudah selesai di akhir tahun,” katanya.

Lebih jauh dikatakan Nandang, proyek pengerjaan JJLS merupakan progam jangka panjang dengan cakupan multiyers. Oleh karenanya, meski lelang sudah mulai dilaksanakan, namun penyelesaian ditarget sampai 2019 mendatang. “Ini bukan masalah, karena yang terpenting dalam selesai tepat waktu dan sesuai dengan aturan yang berlaku,” ungkapnya.

Advertisement

Disinggung mengenai masalah besaranya bisaya pembangunan JJLS, Nandang mengakui kondisi geografis menjadi penyebab utama. Dia menyontohkan, pembangunan jalur sepanjang 10,6 km yang menghubungkan wilayah perbatasan Wonogiri dengan Gunungkidul membutuhkan biaya Rp220 miliar. Alokasi ini, sambung dia, banyak terkuras untuk prosesnya yang meliputi pembangunan jalan baru yang mengharuskan dilakukan pengeprasan bukit di titik yang akan dilalui. “Memang dana banyak digunakan untuk mengepras gunung dan bukit,” ungkapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif