News
Jumat, 6 Oktober 2017 - 09:45 WIB

Harga Minyak Mentah WTI Rebound

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kilang minyak. (JIBI/Antara)

Harga minyak WTI untuk pengiriman November berakhir menguat 81 sen di US$50,79 per barel di New York Mercantile Exchange.

Solopos.com, NEW YORK – Harga minyak mentah AS berhasil rebound dan kembali menembus US$50 per barel pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah dua negara pengekspor minyak terbesar di dunia mengisyaratkan akan melanjutkan kerja sama untuk mengurangi kelebihan minyak mentah global.

Advertisement

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November berakhir menguat 81 sen di US$50,79 per barel di New York Mercantile Exchange.

Pada akhir perdagangan sesi sebelumnya, WTI tergelincir dari level 50 per barel di tengah kekhawatiran seputar kelebihan suplai global.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Desember pada Kamis ditutup menguat US$1,20 di US$57 per barel, di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.

Advertisement

Bursa berjangka minyak di New York menguat 1,6% setelah Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz melakukan perjalanan historik mengunjungi Presiden Rusia Vladimir Putin.

Dalam pertemuan keduanya, Raja Salman menyatakan keinginan untuk mempertahankan pembatasan produksi yang disepakati dengan Rusia dan produsen lainnya 10 bulan lalu.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa kemungkinan perpanjangan kesepakatan dengan OPEC untuk mengurangi produksi, yang akan berakhir pada bulan Maret, setidaknya harus dilakukan sampai akhir 2018.

Advertisement

“Apa yang kita lihat adalah Saudi dan Rusia memiliki pemikiran yang sama, kedua negara mengangkat tema pembatasan suplai produsen,” ujar Harry Tehilinguirian, kepala strategi pasar komoditas di BNP Paribas SA, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (6/10/2017).

Menteri Energi dan Industri Saudi, Khalid Al-Falih, mengatakan bahwa kerja sama antara Arab Saudi dan Rusia telah membangkitkan sentimen kembali kepada OPEC dan membuat pihak kerajaan lebih optimistis mengenai prospek minyak daripada yang telah terjadi selama beberapa tahun.

“Ada rumor bahwa OPEC akan memperpanjang upaya pemangkasan produksi dan Rusia sepertinya setuju. Hal ini dapat dengan mudah mengangkat pasar,” ujar Rob Haworth dari US Bank Wealth Management.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif