Jogja
Kamis, 5 Oktober 2017 - 08:40 WIB

PARIWISATA GUNUNGKIDUL : Penataan Pantai Selatan Ditentang Warga

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pantai Krakal, Desa Ngestirejo, Kecamatan Tanjungsari, Selasa (17/3/2015). (FOTO ISTIMEWA/Dok. SAR Satlinmas Wilayah II Gunungkidul)

Rencana penataan pantai selatan Gunungkidul ditolak warga setempat.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL— Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul berencana menata pantai selatan. Pada tahap awal aktivitas nelayan di Pantai Baron, Kecamatan Tanjungsari akan dipisah dan parkir perahu nelayan akan dipindah ke tempat lain. Namun nelayan menolak, mereka ingin aktivitas nelayan dan wisata tetap berjalan beriringan.

Advertisement

Sekretaris Daerah (Sekda) Gunungkidul, Drajat Ruswandono mengatakan penataan pantai akan dimulai dari Pantai Baron. Demi kenyamaan wisatawan, maka aktivitas wisata dan aktivitas nelayan akan dipisah. “Nanti parkir perahu nelayan akan ditempatkan di balik bukit, terus tanggul timur dan tanggul barat akan kita buat tingginya 1,5 meter sampai dua meter, kiri-kanan dari selatan ke utara,” kata dia, Rabu (4/10/2017).

Selain itu, sejumlah lokasi pedagang kuliner dan souvenir juga akan ditata ulang. Yang sebelumnya menjorok arah pantai dan membuang limbah ke laut akan digeser ketempat yang lebih tinggi. Hal itu agar limbah yang dihasilkan dapat dikelola, dibuang ke arah utara.

Pihaknya kini sedang menyusun masterplan untuk penataan Pantai Baron. Pihaknya melibatkan kelompok sadar wisata (Pokdarwis), nelayan, pedagang, dan tokoh masyarakat dalam penyusunannya. Tidak hanya Pantai Baron, penataan juga akan dilakukan di beberapa titik yang lain yakni Pantai Krakal, dan Pantai Kukup.

Advertisement

Di sisi lain, rencana pemkab tersebut mendapat penolakan dari nelayan Pantai Baron. Ketua Nelayan Pantai Baron, Sumardi mengaku tidak sepakat dengan rencana pemindahan parkir perahu nelayan. Menurutnya aktivitas nelayan sudah ada sejak dahulu sebelum Pantai Baron berkembang.

“Kalau nelayan dari dulu tidak ada yang mau [dipindah], alasannya ya dari dulu itu nelayan yang sudah di situ [Pantai Baron]. Jadi kalau untuk pindah ya sudah tidak mau,” ujarnya.

Pemindahan parkir prau nelayan agar tidak menjadi satu dengan aktivitas pariwisata dinilainya tidak bijak. “Akan lebih baik kalau aktivitas wisata dan aktivitas nelayan berjalan bersamaan. Karena kan wisatawan juga tidak hanya butuh pemandangan, mereka juga ada yang datang untuk membeli ikan segar,” kata Sumardi.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif