Jogja
Senin, 2 Oktober 2017 - 16:55 WIB

PERTANIAN GUNUNGKIDUL : Distribusi Pupuk Bersubsidi Diawasi Ketat

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tumpukan persediaan pupuk yang berada di Gudang Pupuk Lini III, Dusun Jeruksari, Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Senin (2/10/2017). (JIBI/Irwan A. Syambudi)

Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul kini memperketat pengawasan terhadap distribusi pupuk bersubsidi

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul kini memperketat pengawasan terhadap distribusi pupuk bersubsidi. Tim khusus pengawasan pupuk bersubsidi pun dibentuk untuk mewaspadai penumpukan ataupun peredaran pupuk palsu.

Advertisement

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto mengatakan saat ini pihaknya benar-benar fokus untuk mengawasi distribusi pupuk bersubdisi.

“Kami saat ini memang sudah membentuk tim pengawas pupuk bersubsidi di tingkat kabupaten. Dan saat ini aman saja belum ada informasi mengenai pemalsuan ataupun penumpukkan pupuk,” kata dia, Senin (2/10/2017).

Pihaknya juga secara berkala melakukan rapat evaluasi terkait dengan serapan pupuk bersubsidi di setiap kecamatan. Berdasarkan data saat ini serapan pupuk bersubsidi sudah mencapai 30%, sementara 70% sisanya saat ini masih disimpan di gudang penyimpanan pupuk di Dusun Jeruksari, Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari.

Advertisement

Lanjutnya lagi untuk tahun ini alokasi pupuk bersubsidi untuk petani sebanyak 637 ton. Rincian berdasarkan jenis pupuk, untuk jenis NPK dialokasikan sebanyak 5.194 ton dan sudah terserap 38% atau 1.985 ton.

Jenis SP36 dialokasikan 8.800 ton, sudah terserap 51%. Kemudian ZA 935 ton sudah terserap 461 ton atau 49%. Petrogenik dialokasikan 1.022 ton terserap 193 ton atau 18%. Sedangkan untuk pupuk Urea dialokasikan 10.930 ton, dan sudah terserap 1.282 ton.

Dengan demikian, dia berharap pada Oktober ini, petani sudah mulai menebus pupuk sehingga tidak terjadi penumpukan yang signifikan. “Kalau penumpukan sejauh ini tidak ada, karena pada Agustus dan September kemarin kami sudah mulai menganjurkan petani untuk menebus pupuk. Sehingga pada awal musim hujan Oktober-November tidak menumpuk,” kata Bambang.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif