Jogja
Senin, 2 Oktober 2017 - 11:20 WIB

Penyelenggara Berencana Menggelar Jogjarockarta Seri Kedua

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Hari kedua Jogkarockarta International Rock Music Festival berlangsung lebih sepi dibanding hari pertama

 

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Hari kedua Jogkarockarta International Rock Music Festival berlangsung lebih sepi dibanding hari pertama. Penonton yang hadir, baik di festival a maupun b, jumlahnya sangat timpang dengan sebelumnya.

Persamaan pada hari kedua itu adalah penampilan Dream Theater. Mereka menampilkan suguhan yang sama persis dengan penampilan perdananya di Stadion Kridosono. Energinya sama. Lagu-lagunya juga sama. Hanya jamnya saja yang berbeda. Mulainya lebih awal, yakni 20.30 WIB.

Dream Theater mengawali penampilannya dengan melantunkan The Dark Eternal Night, lalu salam pembuka dari sang vokalis, James Labrie dan kemudian The Bigger Picture melantun di udara yang membawa hembusan angin dingin pada Sabtu (30/9/2017).

Advertisement

Setelah itu secara bergiliran grup progresive metal asal Boston, Amerika Serikat itu memanggungkan Hell’s Kitchen, The Gift of Music, Our New World, serta diselingi oleh penampilan solo sang basis, John Myung yang mengkover karya Jaco Pastorius, Portrait of Tracy. Selepas itu As I Am dan Breaking All Illusions dinyanyikan sebelum akhirnya mereka rehat sejenak.

CEO Rajawali Indonesia Communications, Anas Syahrul Alimi, selaku promotor Jogjarockarta,  mengatakan untuk hari kedua pihaknya memang menyediakan tiket yang lebih sedikit, “Hari kedua dijual 5.000 tiket sementara hari pertama 10.000,” katanya kepada wartawan di sela-sela konser.

Lebih jauh Anas menyampaikan kepada awak media, bahwa dirinya dan kawan-kawannya telah berhasil membuktikan semangat Bandung Bondowoso dengan membangun panggung baru di Stadion Kridosono hanya dalam waktu satu hari.

Advertisement

Perlu diketahui, Jogjarockarta sebelumnya akan diselenggarakan di Candi Prambanan, namun pada tanggal 27 September akhirnya penyelenggara memindahkan venue setelah ada protes keras dari Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI).

Dalam kesempatan itu, ia kembali mengungkit protes dari IAAI. Menurutnya apa dikeluhkan oleh IAAI menjadi bukti ketidakjelasan regulasi yang membuat iklim investasi jadi mengkhawatirkan. “Ketidaksinkronan pengeluaran izin ini bagi saya sangat tidak menarik,” keluhnya.

Anas menambahkan, kalau di luar negeri sana konser musik rock sudah biasa digelar di bangunan atau tempat bersejarah. Ia mencontohkan konser Grup band asal Inggris, Pink Floyd yang pernah konser dua kali di reruntuhan Pompeii, Italia. “Kalau emang engga boleh buat konser [rock] sekalian aja event-event yang lain juga dilarang,” ucapnya.

Meski mengaku kecewa dan merasa diperlakukan tidak adil, ia mengaku tetap berencana menggelar Jogjarockarta di tahun tahun yang akan datang.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif