Soloraya
Senin, 2 Oktober 2017 - 04:30 WIB

KETAHANAN PANGAN SRAGEN : Serapan Beras Masih Kurang sekitar 7.000 Ton

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pengeringan gabah (JIBI/Solopos/Antara/Aji Styawan)

Serapan beras di wilayah Klaten oleh Bulog masih kurang sekitar 7.000 ton.

Solopos.com, SRAGEN — Target serapan beras Kabupaten Sragen sebanyak 30.225 ton versi Badan Urusan Logistik (Bulog) atau 27.516 ton versi Kodim 0725/Sragen pada 2017 ini tinggal mengandalkan hasil panen raya pada Oktober-November mendatang. Hingga akhir September, target serapan beras itu baru tercapai 75%.

Advertisement

Penjelasan itu disampaikan Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Distapang) Sragen, Muh. Djazairi, saat ditemui Solopos.com, Minggu (1/10/2017), di Sambirejo, Sragen. Djazairi menggunakan data serapan gabah versi TNI sebanyak 55.031 ton gabah atau 27.516 ton beras. Dia menyampaikan serapan gabah yang masih kurang 6.878,88 ton tersebut masih bisa ditutup karena masih banyak sawah yang belum panen.

Berdasarkan hasil rapat koordinasi penyerapan gabah pada 4 September lalu di Makodim, Bulog menyampaikan serapan beras baru mencapai 64.18% atau 19.397 ton dari total target 30.225 ton. Bila mengacu persentase serapan yang disampaikan Djazairi, kekurangan serapan beras Bulog mencapai 7.556,25 ton.

“Bulog segera membeli gabah atau beras lewat mitranya. Harga gabah pada musim panen sekarang sangat tinggi dan tidak memungkinkan Bulog untuk beli,” ujar Djazairi.

Advertisement

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Sragen Eka Rini Mumpuni Titi Lestari menyampaikan total luas tanaman padi yang panen pada musim tanam (MT) III ini mencapai 23.000 hektare. Hingga akhir September, baru 20% dari areal sawah itu yang panen. Eka menyebut tanaman padi yang sudah panen baru 4.600 hektare.

Eka memprediksi saat panen raya serentak kemungkinan harga gabah bisa turun. Saat harga jatuh itulah, Bulog wajib membeli gabah petani. Ketika harga gabah tinggi seperti sekarang ini, mitra Bulog wajib menyuplai gabah atau beras ke Bulog.

“Biasanya beras yang disetor ke Bulog itu merupakan beras lama yang distok mitra, bukan beras hasil panen baru. Kalau gabah hasil panen langsung diselep biasanya mudah patah. Saya kira kekurangan serapan itu tetap bisa terpenuhi,” ujarnya.

Advertisement

Eka menyampaikan produksi beras di Sragen selalu surplus setiap tahunnya bila hanya untuk mencukupi konsumsi 900.000 jiwa penduduk Bumi Sukowati. Produksi beras pada satu musim panen saja bisa untuk mencukupi kebutuhan warga Sragen selama 2-3 tahun.

Pernyataan itu didasarkan analisis kebutuhan beras di Sragen dengan asumsi kebutuhan beras per kapita 120 kg per tahun. “Total produksi gabah kering panen selama setahun itu mencapai 677.000 ton atau setara 440.000 ton beras. Kebutuhan beras selama setahun untuk 900.000 jiwa dengan kebutuhan per kapita 120 kg hanya 108.000 ton per tahun. Artinya, surplus beras itu masih 332.000 ton. Surplus beras itulah yang digunakan menyuplai kebutuhan pangan nasional,” tambahnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif