Jateng
Senin, 2 Oktober 2017 - 11:50 WIB

HARI BATIK : Puluhan Model Ajak Warga Mbatik di Jalanan Semarang

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi membatik dengan canting. (JIBI/Solopos/Antara/Sumarwoto)

Hari Batik dijadikan momentum bagi puluhan model Semarang untuk mengajak warga ramai-ramai membatik.

Semarangpos.com, SEMARANG – Puluhan model dari Exist Modelling bersama Putra-Putri Batik Kampus, Minggu (1/10/2017), mengajak masyarakat ramai-ramai membatik dalam kegiatan Nyanting on The Street di depan Museum Lawang Sewu, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Advertisement

Dengan membawa kain putih, para model dan Putra-Putri Batik mempersilakan warga yang bersantai di objek wisata itu untuk mengguratkan motif batik dengan motif dan gambar bebas dengan malam panas menggunakan canting. Bahkan, pakaian yang dikenakan para model pun tak luput dari olesan malam para wisatawan yang diajak membatik dalam Nyanting on The Street itu.

Bayu Ramli, owner Exist Modelling mengungkapkan batik sekarang ini milik semua masyarakat sehingga peragaan atau fashion show busana batik sudah tidak saatnya lagi digelar di gedung mewah dengan biaya yang amat mahal. Dengan Nyanting on The Street, kata dia, keberadaan batik yang menjadi warisan budaya nusantara justru lebih menyatu dengan masyarakat yang bisa merasakan langsung proses membuat batik, terutama mencanting.

“Tidak sekadar memakai batik, melihat, tetapi ikut mencanting. Artinya, masyarakat terlibat dan ikut merasakan bagaimana proses mencanting batik. Inilah proses seni dalam membuat batik yang harus dipahami,” katanya. Jika sudah memahami dan merasakan sendiri prosesnya, menurut dia, tentunya masyarakat akan lebih merasa memiliki batik sebagai warisan budaya leluhur sehingga bukan hanya ikut merasa bangga, melainkan merasa wajib melestarikannya.

Advertisement

Diakuinya, kegiatan yang berlangsung di pinggir jalan persis di depan Museum Lawang Sewu yang menjadi ikon Kota Semarang itu, sekaligus untuk menyambut Hari Batik Nasional yang diperingati setiap 2 Oktober. “Makanya, saya hadirkan seni mencanting di pinggir jalan ini agar dunia tahu bahwa ini adalah Hari Batik Nasional. Batik sangat perlu dikembangkan, terutama generasi muda agar lebih mencintai budayanya,” katanya.

Terbukti, kata Bayu, banyak sekali masyarakat yang antusias menyumbangkan waktunya untuk ikut mencanting batik dalam kegiatan tersebut yang selama ini ternyata mereka ada yang belum tahu proses pembuatan batik.

Sementara itu, Ketua DPRD Kota Semarang Supriyadi yang hadir dalam kegiatan itu mengapresiasi kreativitas anak-anak muda Semarang membudayakan batik melalui event Nyanting on The Street menyambut Hari Batik Nasional. “Kami ucapkan Selamat Hari Batik. Kegiatan ini sudah semestinya dibudayakan agar batik sebagai warisan budaya leluhur bisa diwariskan menjadi kebanggaan bersama,” kata politikus PDI Perjuangan tersebut.

Advertisement

Lebih jauh, ia mengharapkan batik bisa menjadi pakaian kebanggaan seluruh masyarakat dengan mengenakannya dalam keseharian tanpa memandang status sehingga batik terus memasyarakat dengan sedemikian luas. Tentunya, kata dia, para produsen dan perajin batik juga harus menangkap peluang dengan terus berinovasi dan berkreasi menghadirkan beragam model dan motif baru batik agar tidak lekang seiring perkembangan zaman.

“Inovasi, baik model, corak, atau motif batik perlu dijaga dan dikembangkan seiring kemajuan zaman. Di sinilah diperlukan kolaborasi antara anak muda, perajin batik, dan masyarakat,” pungkas Supriyadi. Selain model dan Putra-Putri Batik Kampus, sejumlah perajin batik lokal dari Semarang turut memeriahkan kegiatan Nyanting on The Street itu dengan ikut mencanting batik, berbaur dengan masyarakat.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif