News
Senin, 2 Oktober 2017 - 00:40 WIB

EKONOMI KREATIF : UMKM Bisa Manfaatkan Bahan Lokal

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

UMKM perlu menggali penggunaan bahan lokal untuk produk kekinian dalam usaha ekonomi kreatif.

Harianjogja.com, JOGJA— Produk dari usaha mikro, kecil dan menengah diharapkan dapat lebih mengeksplorasi atau menggali penggunaan bahan pangan lokal untuk produk kekinian. Hal itu tidak saja akan memberikan potensi bisnis yang bagus, tetapi juga dapat meningkatkan nilai tambah pangan lokal.

Advertisement

“Justru mestinya UMKM [Usaha Mikro Kecil Menengah] yang bergerak di bisnis makanan ini bisa lebih menggali bahan lokal. Jangan melulu ikut tren, misal lagi tren kopi, lalu semua ikut buat produk kopi,” ujar Deputi Akses Permodalan Bekraf, Fajar Hutomo, Minggu (1/10/2017).

Fajar yang ditemui di Pameran Food Startup Indonesia di Plaza Ambarrukmo mengatakan Indonesia kaya akan bahan pangan lokal. Semestinya, kata dia, itu dapat digali lebih luas dan lebih dalam lagi untuk menghasilkan produk yang punya nilai jual.

Pasalnya, selama ini kebanyakan UMKM di Indonesia masih mengikuti arus tren pada produk tertentu. Padahal banyak bahan yang dapat diolah dan dapat dikembangkan menjadi produk dengan nilai jual tinggi. “Tujuan ekonomi kreatif itu sendiri adalah bagaimana membawa nilai-nilai tradisi itu dengan cara-cara kekinian. Tentunya dengan cara yang bisa diterima oleh orang sekarang,” jelas Fajar.

Advertisement

Lebih lanjut Fajar menegaskan selain kreativitas produk yang ditampilkan, kesuksesan dari suatu food startup itu pada founder atau orangnya. Kualitas founder dari produk tersebut akan menentukan penerimaan pasar terhadap produk yang dibuat.

Terlebih, kini tantangan bisnis ini semakin dinamis seiring waktu. Fajar menambahkan diperlukan founder atau pelaku food startup yang memiliki mental baja dan tidak mudah menyerah dalam mengembangkan produknya.

“Selain itu, kami juga ingin mendorong dan menciptakan ekosistem permodalannya. Kalau bicara soal modal bagi startup, memang kebanyakan mereka belum bankable. Tetapi bukan salah perbankan juga, untuk itu kami ingin memperbanyak opsi lain untuk permodalan startup ini selain dari bank,” paparnya.

Advertisement

Salah satu peserta Food Startup Indonesia, Andi Ferdana mengakui permodalan sudah tidak lagi menjadi persoalan bagi pengembangan usahanya. Apalagi dalam menciptakan inovasi kemasan untuk memperkuat pemasaran produk sirup jahe yang diproduksinya.

“Kalau dulu, modal masih dari kantong sendiri. Karena takut berhutang, jadi lebih memilih untuk memutar uang dari hasil penjualan. Baru sekarang ini akses modal jadi mudah dengan program-program pendampingan, bunganya juga ringan,” imbuh Andi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif