Jatim
Sabtu, 30 September 2017 - 13:05 WIB

Dulu Merugi, Peternak Kelinci Ponorogo Kini Kewalahan Penuhi Permintaan

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peternak kelinci, Modo Prayitno, merawat kelinci di halaman belakang rumahnya di Desa Padas, Kecamatan Bungkal, Ponorogo, Kamis (28/9/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Kisah inspiratif peternak kelinci Ponorogo tak putus asa meski di tahun-tahun awal sempat merugi.

Madiunpos.com, PONOROGO — Beternak kelinci menjanjikan keuntungan berlipat. Hal itu dibuktikan seorang peternak kelinci asal Desa Padas, Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo, Modo Prayitno, 48.

Advertisement

Berawal dari memelihara tiga ekor kelinci jenis New Zealand, kini Modo memiliki puluhan ekor kelinci dengan berbagai jenis. Tidak hanya beternak kelinci daging, ayah satu anak ini juga beternak kelinci hias dengan berbagai ras impor.

Puluhan ekor kelinci dari berbagai ras berada di kandang di belakang rumah Modo di RT 003/RW 001, Dusun Cabean, Desa Padas, Kecamatan Bungkal. Masing-masing kandang hanya diisi dua hingga lima ekor kelinci dan disesuaikan dengan ras. Kondisi kandang juga terlihat bersih dan tidak bau.

Advertisement

Puluhan ekor kelinci dari berbagai ras berada di kandang di belakang rumah Modo di RT 003/RW 001, Dusun Cabean, Desa Padas, Kecamatan Bungkal. Masing-masing kandang hanya diisi dua hingga lima ekor kelinci dan disesuaikan dengan ras. Kondisi kandang juga terlihat bersih dan tidak bau.

Modo menuturkan mulai beternak kelinci pada tahun 2013. Saat itu, dirinya membeli tiga ekor kelinci jenis New Zealand.

Sebelum memiara hewan berbulu lembut ini, Modo sempat beternak ayam pedaging. Namun, karena merasa modal untuk beternak ayam sangat tinggi terutama untuk pakan, dirinya memutuskan untuk beralih ke kelinci.

Advertisement

Perjalanan menjadi seorang peternak kelinci ternyata tidak mudah. Modo beberapa tahun harus merugi karena perkembangan ternak tidak stabil. Sebagai seorang perintis, dia pun tidak patah arang. Modo terus belajar dan belajar dari kesalahan yang lalu serta lebih sering sharing kepada peternak yang sudah sukses.

Proses tidak mengkhianati hasil, mungkin itu kalimat yang pas untuk menggambarkan kondisi Modo. Mulai awal 2016, perkembangan kelinci di peternakannya mulai stabil dan orang juga semakin mengenalnya.

Modo tidak hanya berjualan kelinci daging atau kelinci potong, tetapi dia juga mengambil pangsa kelinci hias. “Jadi saya jual kelinci potong dan kelinci hias. Masing-masing pangsanya ada sendiri dan keuntungan serta kekurangannya ada sendiri-sendiri,” ujar dia.

Advertisement

Modo menyampaikan bisnis ternak kelinci di Ponorogo masih terbuka luas. Padahal kebutuhan pasar terhadap daging kelinci sangat tinggi. Kelinci dari peternakan Ponorogo sudah banyak dijual ke wilayah Pacitan, Tulungagung, Sidoarjo, Pasuruan, dan Magetan. Rata-rata daging kelinci itu untuk kebutuhan kuliner.

Namun, jumlah permintaan jauh lebih tinggi dibandingkan ketersediaan barang. Minimnya jumlah peternak kelinci menjadi salah satu penyebab permintaan tidak bisa dipenuhi.

“Kami di paguyuban peternak kelinci Ponorogo sepekan hanya bisa mengirim 30 ekor saja. Padahal permintaannya lebih dari 50 ekor,” ujar dia. Dia menyebut harga kelinci potong yaitu kelinci seberat 2,1 kg dibanderol dengan harga Rp25.000 sampai Rp28.000.

Advertisement

Harga kelinci potong ini berbeda dengan kelinci hias. Untuk kelinci hias harganya lebih mahal, dari mulai Rp150.000 sampai sekitar Rp1 juta.

Modo saat ini memiliki koleksi kelinci dari berbagai ras antara lain Flemish Giant, Angora, Rex, Netherland, French Lop, dan lainnya. Dia selama ini menjual kelinci hias melalui akun Facebook atau saat ada keramaian.

Mengenai keuntungan yang didapat, Modo tidak mengungkapkannya secara pasti. Namun, dia mengaku keuntungan dari ternak kelinci sudah bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif