News
Kamis, 28 September 2017 - 07:10 WIB

Sapardi Djoko Damono Cerita Kisah Hujan Bulan Juni

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Satrawan, Sapardi Djoko Damono (kiri), menyapa penggemarnya di Gramedia, Solo, Rabu (27/9/2017). (Nicolous Irawan/JIBI/Solopos)

Sapardi Djoko Damono selalu punya pesona. Termasuk saat di Solo.

Solopos.com, SOLO — Suara Teoda menggema di antara kerumunan massa yang hampir memenuhi area Meet and Greet Booksigning Sapardi Djoko Damono, di Toko Buku Gramedia, Rabu (27/9/2017) sore. Deretan sajak Hujan Bulan Juni karangan sastrawan kelahiran Surakarta 77 tahun silam tersebut dibaca pelan. Suaranya bergetar karena disaksikan langsung oleh sang pemilik puisi.

Advertisement

“Saya mau tanya. Bulan Juni kan musim kemarau. Kenapa Bapak membuat judulnya Hujan Bulan Juni?” tanya dia kepada Sapardi selesai membaca puisi.

“Ya kalau saya bikinnya Hujan Bulan Desember nanti kamu enggak tanya,” seloroh Sapardi bernama pena SDD.

Perbincangan santai tersebut membuka acara. Guru Besar Universitas Indonesia (UI) yang telah menciptakan puluhan karya sastra sejak masih Sekolah Menengah Atas (SMA) ini memulai perbincangan.

Advertisement

Seperti pembacanya, Sapardi paling terkesan dengan Hujan Bulan Juni. Yang menjadi bagian penting perjalanan kepenulisannya. Dimuat di sebuah surat kabar pada 1989, puisi tersebut baru menjadi sumber inspirasi sejumlah lagu-lagu romantis. Tepat setahun setelah dimuat, seseorang mengeluarkan kaset hasil alih wahana Hujan Bulan Juni dalam bentuk lagu.

Selesai dengan booming lagu, barulah puisi aslinya semakin dikenal. Alih wahana puisi menjadi karya sastra lain mulai bermunculan. Termasuk salah satunya komik dan buku warna yang menggambarkan narasi Hujan Bulan Juni. Sapardi kemudian tertantang membuat novel dengan judul sama yang sudah beberapa kali cetak ulang.

Pada tahun ini film yang juga hasil interpretasi sajak tersebut bakal dirilis. Dua bintang muda Adipati Dolken dan Velove Vexia menjadi pemeran utama bersama aktor asal Jepang Koutaro. “Ya saya bilang nasib puisi ini agak ajaib ya,” kata SDD mengomentari alih wahana Hujan Bulan Juni yang beragam.

Advertisement

Saat acara tersebut Sapardi juga menantang para pembaca. Setelah menyaksikan film, para penonton dipersilahkan membuat review tulisan dalam bentuk puisi, novel, dan karya lain kemudian di kirim kepadanya melalui email. Penulis terbaik bakal mendapat sepaket buku karyanya. Pengubahan karya sastra ini juga menginspirasinya membuat buku baru alih wahana yang rencananya di-launching dalam waktu dekat.

Tak hanya Sapardi, pembaca setianya juga yang menantang sang sastrawan. Intan Yuliana Suci asal Kebak Kramat menilai ia sudah terbiasa membaca tulisan-tulisan romantis idolanya. Yuliana meminta Sapardi memperbanyak sajak-sajak bertema pendidikan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif