Jogja
Senin, 25 September 2017 - 23:20 WIB

Gunung Agung "Batuk", Bandara Adisutjipto Standby Terima Pendaratan Darurat

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para pemudik mulai ramai memadati area depan pintu keberangkatan di Terminal A, Bandara Internasional Adisutjipto, Rabu (28/6/2017). ( Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja)

PT Angkasa Pura 1 sudah menunjuk tiga bandara sebagai pengganti Bandara I Gusti Ngurah Rai jika bandara tersebut tutup

Harianjogja.com, JOGJA-PT Angkasa Pura 1 sudah menunjuk tiga bandara sebagai pengganti Bandara I Gusti Ngurah Rai jika bandara tersebut tutup lantaran terdampak erupsi Gunung Agung. Tiga di antaranya adalah Bandara Lombok, Juanda Surabaya, dan Bandara Adisumarmo, Boyolali, Jawa Tengah.

Advertisement

“Dari pihak AP [Angkasa Pura] yang ditunjuk hanya Lombok, Surabaya, dan Solo [Bandara Adisumarmo Boyolali], tapi Jogja tetap diminta standby,” kata General Manager PT Angkasa Pura 1 Bandara Internasional Adisutjipto, Agus Pandu Purnama, saat dihubungi Harianjogja.com, Senin (25/9/2017).

Bandara Adisutjipto tidak ditunjuk sebagai bandara pengganti karena keterbatasan landasan pacu atau runway yang dimiliki, yaitu hanya 2.200 meter. Panjang runway yang terbatas tersebut membuat pesawat berbadan besar tidak bisa mendarat.

Ia mengakui, Bandara Ngurah Rai banyak menerima direct flight atau penerbangan langsung dari luar negeri di mana pesawat dari luar negeri memiliki badan yang besar sehingga membutuhkan runway yang panjang dan lebar.

Advertisement

Selain keterbatasan runway, keterbatasan apron atau tempat parkir pesawat di Bandara Adisutjipto juga membuat satu-satunya bandara di Jogja ini belum ditunjuk menjadi bandara pengganti.

Pandu mengatakan, sebenarnya jika ada pesawat yang ingin mendarat di Jogja bisa diarahkan saat malam hari karena pada pukul 21.00-24.00 WIB slot penerbangan cukup luang.

Kendati demikian, saat malam hari sudah ada lima pesawat yang menginap di Bandara Adisutjipto sehingga tinggal tiga tempat parkir yang bisa beroperasi aktif. “Ya itu sulit juga karena paginya harus ada yang mendarat,” kata Pandu.

Advertisement

Namun pada dasarnya pihak Bandara Adisutjipto tetap menerima pesawat yang ingin melakukan pendaratan darurat. Petugas bandara sampai petugas Airnav sudah disiagakan 24 jam jika ada pesawat dari Bali landing di Jogja. “Kalau ada yang emergency masuk Jogja, ya kita terima tapi [Bandara Adisutjipto] tidak diprioritaskan menjadi pengganti,” katanya.

Saat ini, jumlah penerbangan di Bandara Adisutjipto berjumlah 158 (datang dan pergi) dengan jumlah penumpang per hari di atas 20.000, dan load factor 85%. Pandu menegaskan kondisi bandara saat ini sangat padat sehingga jika ada pesawat yang dialihkan untuk mendarat di Jogja akan semakin membuat trafik penerbangan semakin tinggi.

Sejauh ini, persiapan sudah dilakukan pihak manajemen Bandara Adisutjipto jika sewaktu-waktu Bandara Ngurah Rai ditutup. “Kalau terjadi close, saya harus antisipasi untuk beberapa pesawat yang tidak bisa berangkat, pihak airlines harus menyiapkan penginapan atau mengembalikan tiket. Karena suatu saat bisa saja pesawat yang harusnya berangkat kemudian dilarang karena Bali closed,” kata Pandu.

Di Bandara Adisutjipto sendiri, ada delapan penerbangan tujuan Bali setiap harinya. Diantaranya, dua penerbangan Air Asia, satu Nam Air, dua Lion Air, dan tiga Garuda Indonesia. Sampai berita ini diturunkan, trafik penerbangan Jogja-Bali masih dalam keadaan normal. Limpahan wisatawan dari Bali juga belum terasa di Bandara Adisutjipto.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif