Jogja
Sabtu, 23 September 2017 - 16:55 WIB

Ratusan Anak di Kulonprogo Buktikan Masih Bisa Mainkan Permainan Tradisional

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah anak memperagakan permainan egrang yang dimodifikasi dengan kreativitas dalam perlombaan dolanan anak di Kecamatan Ngemplak, Selasa (17/5/2016). (Abdul Hamid Razak/JIBI/Harian Jogja)

Sekitar 144 siswa usia Sekolah Dasar (SD) mengikuti Lomba Permainan Tradisional, gobak sodor dan bakiak, di Alun-alun Wates

 
Harianjogja.com, KULONPROGO-Sekitar 144 siswa usia Sekolah Dasar (SD) mengikuti Lomba Permainan Tradisional, gobak sodor dan bakiak, di Alun-alun Wates, Jumat (22/9/2017).

Advertisement

Lomba tersebut diprakarsai oleh Dinas Kebudayaan dan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kulonprogo, dalam rangka memeringati Hari Jadi Ke-66 Kabupaten Kulonprogo.

Ketua Penyelenggara lomba dari UPTD Pendidikan Dasar (Dikdas) Kecamatan Wates, Sumbodo mengatakan, lomba yang hari ini dilaksanakan merupakan langkah seleksi, untuk menghadapi lomba serupa, di tingkat kabupaten, yang akan dilaksanakan pada Oktober mendatang.

Ia menambahkan, nantinya di tingkat kabupaten, lomba akan ditambah dengan cabang egrang, hanya saja cabang egrang diperuntukkan bagi peserta jenjang Sekolah Menengah Pertama.

Advertisement

Lomba diselenggarakan bertujuan untuk menghidupkan lagi permainan tradisional, dan membangun unsur kelincahan serta keceriaan dalam diri siswa selaku peserta. Apalagi, permainan-permainan tadi masih kerap dimainkan oleh siswa, di sela jam istirahat belajar di sekolah.

“Lomba hari ini diikuti tim putra dan putri perwakilan dari enam gugus. Setiap gugus mewakili enam SD,” lanjut dia, Jumat.

Jumlah siswa yang bertanding dalam seleksi hari ini, sebanyak 42 putra dan 42 putri, terbagi dalam enam tim yang masing-masing terdiri dari tujuh pemain. Sedangkan bakiak sebanyak 30 putra dan 30 putri, terbagi dalam enam tim yang masing-masing terdiri dari lima pemain.

Advertisement

Pendamping tim dari Gugus V, Ponijo menilai, lomba tersebut memiliki nilai bagus, sebagai olahraga dan kebugaran bagi anak-anak sekaligus melestarikan kebudayaan.

Menurutnya, dihidupkannya kembali permainan tradisional bisa menjadi salah satu upaya untuk menangkal dampak negatif dari permainan-permainan modern seperti permainan dalam jaringan dan permainan di telepon pintar, bagi anak.

Salah satu siswa peserta lomba, Seto Bagus Prasetyo menuturkan, ia mengaku senang mengikuti lomba permainan tradisional tersebut.

“Lebih suka mainan sederhana seperti ini, cukup asik, bisa main bersama teman-teman,” kata siswa kelas V SD Negeri 9 Wates itu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif