News
Sabtu, 23 September 2017 - 01:00 WIB

Presiden Filipina Rela Anaknya Dibunuh Jika Terbukti Gabung Sindikat Narkoba

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Paolo Duterte, anak Presiden Filipina yang dituding terlibat sindikat narkoba (Theguardian.com)

Presiden Filipina rela anaknya dibunuh jika terbukti bergabung dengan sindikat perdagangan narkoba.

Solopos.com, MANILA – Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengaku tak segan membunuh anaknya, Paolo Duterte, jika terlibat perdagangan narkoba. Pernyataan itu disampaikan langsung dalam pidatonya di Istana Kepresidenan Filipina.

Advertisement

“Seperti sudah saya katakan sebelumnya, jika ada anak-anak saya yang terlibat narkoba, bunuh mereka hingga orang lain tidak mampu berkata-kata,” ujar Duterte seperti dilansir The Guardian, Kamis (21/9/2017).

“Saya katakan kepada Pulong [nama asli Paolo], perintah saya adalah membunuhmu jika terbukti bersalah. Saya akan melindungi polisi yang membunuhmu,” sambung dia.

Pernyataan kontroversial itu disampaikan guna menanggapi isu keterliban Paolo dalam kasus perdagangan narkoba yang santer diberitakan. Beberapa waktu lalu, Paolo telah memenuhi panggilan Senat Filipina untuk menjelaskan keterlibatannya dalam penyelundupan narkoba. Dalam pertemuan itu, ia membantah membantu menyelundupkan narkoba dari Tiongkok ke Filipina.

Advertisement

Menantu Duterte, Manases Carpio, juga hadir dalam pertemuan itu untuk menjelaskan tudingan yang dialamatkan kepadanya. Ia dan Paolo dituding menyelundupkan narkoba dari Tiongkok ke Manila yang nilainya mencapai USD125 juta, sekitar Rp1,5 triliun.

Meski telah dibantah, saat ini pihak kepolisian masih mengusut kasus tersebut. Sama seperti di beberapa negara lain, narkoba merupakan barang terlarang di Filipina. Sejak berkuasa pada pertengahan 2016, Duterte melakukan operasi besar-besaran untuk menghentikan peredaran narkoba.

Duterte bahkan mengizinkan aparat keamanan menembak mati para pengedar narkoba itu. Sampai saat ini, polisi telah membunuh ssekitar 3.800 orang yang diduga tergabung dalam jaringan narkoba. Sayangnya, kebijakan itu menuai kontroversi yang membuatnya didemo warga.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif