Jatim
Sabtu, 23 September 2017 - 09:05 WIB

KEKERINGAN MADIUN : Lahan Bera saat Kemarau Dimanfaatkan untuk Tanah Uruk

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pekerja membongkar sawah yang kering merekah akibat kekeringan di Desa Pacinan, Desa Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Jumat (22/9/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Siswowidodo)

Kekeringan Madiun menyebabkan petani membiarkan lahannya bera.

Madiunpos.com, MADIUN — Sebagian petani di Kabupaten Madiun membiarkan lahannya bera saat musim kemarau ini karena kesulitan mendapatkan air irigasi.

Advertisement

Warga pun memanfaatkan bongkahan tanah sawah yang mengalami kekeringan untuk  diambil sebagai tanah uruk.

“Lahan-lahan yang tidak ditanami seperti ini banyak dimanfaatkan warga yang membutuhkan tanah uruk, misalnya untuk menguruk rumah, halaman dan pekarangan,” kata Ngadimun warga Pacinan, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, Jumat (22/9/2017).

Menurut Ngadimun, warga yang membutuhkan tanah uruk bisa mendapatkan tanpa memberikan kompensasi kepada pemilik sawah, karena pemilik sawah juga diuntungkan.

Advertisement

“Pencari tanah uruk tidak perlu membeli, jadi bisa mengambil secara gratis. Petani ikut diuntungkan karena permukaan tanah sawahnya menjadi lebih rendah sehingga mudah diairi. Kadang-kadang pemilik sawah malah memberi kopi dan rokok kepada para pekerja,” kata Ngadimun yang bekerja membongkahi tanah sawah bersama sejumlah pekerja lainnya.

Warga yang membutuhkan tanah uruk mengeluarkan sejumlah biaya untuk ongkos angkutan dan para pekerja yang membongkah hingga menaikkan ke bak truk.

Ngadimun menambahkan biaya yang dikeluarkan tergantung jarak dari lokasi pengambilan tanah.

Advertisement

“Kalau daerah yang tak jauh dari sini rata-rata Rp120.000 per bak truk. Uang itu dibagi untuk ongkos angkutan Rp60.000 dan Rp60.000 untuk para pekerja yang mencangkul dan menaikkan tanah ke bak truk,” ujar Ngadimun.

Pekerja lain, Sunardi di tempat terpisah juga mengatakan ongkos membongkahi tanah hingga menaikkan ke bak truk sebesar Rp60.000.

“Pekerja mendapatkan upah Rp60.000 per truk, terserah mau dikerjakan berapa orang. Kalau satu kelompok terdiri 10 orang, berarti masing-masing pekerja menerima Rp6.000,” kata dia.

Sunardi mengaku berkelompok 10 orang, dalam sehari mereka bisa mendapatkan 20 truk bongkahan tanah, berarti total menerima Rp1,2 juta. Sehingga masing-masing pekerja dalam kelompok Sunardi menerima upah Rp120.000 per orang per hari.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif