Jogja
Sabtu, 23 September 2017 - 13:35 WIB

BMT di DIY Bersatu Ajak Perangi Renternir

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para peserta Pelatihan Implementasi dan Legal Drafting Akad Syariah di Wisma Puas, Kaliurang, Sleman, Jumat (22/9/2017). (Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja)

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) di DIY mengajak masyarakat memerangi renternir

Harianjogja.com, SLEMAN-Baitul Maal wat Tamwil (BMT) di DIY mengajak masyarakat memerangi renternir. Salah satu upaya yang dilakukan dengan fokus pada pembiayaan mikro dengan kisaran Rp1 juta-Rp 3 juta.

Advertisement

Ketua Asosiasi BMT Indonesia wilayah Yogyakarta (Absindo DIY) Bambang Edy Asmoro mengungkapkan segmen mikro tersebut masih memiliki potensi pasar yang luas.

“Kami kalau nilai di atas puluhan juta harus bersaing dengan perbankan sehingga sektor mikro inilah yang harus digarap,” ujar Bambang di sela Pelatihan Implementasi dan Legal Drafting Akad Syariah di Wisma Puas, Kaliurang, Sleman, Jumat (22/9/2017).

Dalam acara yang diikuti 41 peserta yang terdiri dari 30 BMT ini, Bambang mengatakan saat ini pedagang-pedagang kecil banyak membutuhkan modal. Kendati demikian, kebanyakan modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar, sehingga hal tersebut banyak membuat pedagang kecil memilih meminjam modal kepada renternir.

Advertisement

Hal itu, kata Bambang, menjadi peluang bagi BMT untuk merangkul pedagang kecil untuk tidak meminjam pada renternir. “Kalau pengusaha-pengusaha menengah yang sudah bankable mereka akan memilih pinjam ke perbankan. Kalau kurang nanti mereka akan pinjam ke BMT, sehingga kalau ada masalah dengan keuangan pengusaha tersebut mereka akan mengutamakan yang perbankan,” jelas Bambang.

Lebih lanjut Bambang menegaskan, mayoritas BMT di DIY saat ini masih belum memiliki divisi legal. Bahkan, baru 40% yang memiliki divisi legal. Sehingga perjanjian-perjanjian yang mereka buat kurang kuat dan apabila ada masalah, posisi BMT sangat lemah.

“Untuk itu, kami mengadakan pelatihan ini agar nantinya BMT memiliki kesepahaman dalam membuat akad atau perjanjian, baik perjanjian dengan anggota maupun perjanjian ketika menyalurkan dana,” papar Bambang.

Advertisement

Bambang menambahkan, di lapangan ada perbedaan di antara BMT ketika membuat perjanjian penyaluran dana. Misalnya perjanjian atau akad untuk pedagang, properti dan saat jual beli. Dalam pelatihan ini, nantinya akad yang dibuat akan sama.

Selanjutnya, imbuh dia, juga akan ada pelatihan tentang legal drafting. Dengan pelatihan ini harapannya, saat ada masalah, BMT dalam posisi yang kuat.

Saat ini, ada sekitar 150-175 BMT di DIY. Kalau ditotal, aset BMT ini mendekati Rp1 triliun karena saat ini ada beberapa BMT yang memiliki aset di atas Rp50 miliar, seperti BMT Beringharjo, BMT BIF dan BMT Artha Amanah.

“Ini membuktikan bahwa BMT memiliki peluang yang besar untuk berkembang, Bahkan beberapa BMT di DIY asetnya sudah mengalahkan aset Bank Perkreditan Rakyat [BPR],” jelas Bambang.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif