Entertainment
Kamis, 21 September 2017 - 20:46 WIB

Bersama Pemuda Membumikan Sastra melalui Performing Art

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para pegiat sastra Solo – Karanganyar saat mementaskan puisi milik Yuditeha dalam acara launching buku puisi di Lantai II Palur Plaza Karanganyar, Kamis (21/9/2017). (Ika Yuniati/JIBI/Solopos)

Sedikitnya 20 partisipan turut mementaskan kumpulan puisi dalam bentuk performing art di Lantai II Palur Plaza, Karanganyar, Kamis (21/9/2017).

Solopos.com, KARANGANYAR–Banyak cara dilakukan pegiat seni untuk membumikan puisi yang selama ini dianggap hanya milik kalangan terbatas. Salah satunya dengan menggelar kegiatan seni sastra di ruang-ruang publik.

Advertisement

Bertempat di Lantai II Palur Plaza, Kamis (21/9/2017), puluhan pegiat sastra dari Solo dan Karanganyar berkumpul. Mereka menghidupkan deretan barisan kata dalam kumpulan buku puisi Hujan Menembus Kaca, dan Air Mata Mata Hati karya Yuditeha. Sedikitnya ada 20 partisipan yang turut mementaskan kumpulan puisi tersebut dalam bentuk performing art.

Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Navi Adila, menampilkan teatrikalisasi puisi dalam judul Hape: Kabar yang Hilang. Kurang dari sepuluh menit, Navi, menggambarkan komunikasi era sekarang yang seolah kehilangan nyawanya. Kemudahan karena adanya telepon genggam tak membuat manusia semakin dekat.

Mereka justru kian menjauh karena kesalahpahaman komunikasi. Pentas penutupan acara launching dua buku puisi Yuditeha yang juga didukung oleh Komunitas Kamar Kata Karanganyar ini disambut tepuk tangan pengunjung. Meski mengaku sempat terganggu karena suasana yang kurang kondusif, penampilan Navi telah mewakili keresahan dalam judul puisi tersebut.

Advertisement

Yuditeha seusai acara mengucapkan terimakasih atas apresiasi para pegiat sastra terhadap karya barunya. Dua buku puisi tersebut dibuat dalam dua kurun waktu berbeda. Mulai tahun 2010 untuk Hujan Menembus Kaca dan Air Mata Mata Hati mulai 2016. Semuanya mengusung tema yang luas mulai cinta, kehidupan personal penulis dan isu-isu sosial, dengan metode penulisan berbeda-beda. Hujan Menembus Kaca dibuat seperti potret suasana. Judul dan tema puisi ditentukan berdasarkan lokasi pembuatannya. Sementara buku satunya disebut puisi kamar karena ia menggarap hanya di dalam satu ruangan.

“Ada beberapa tempat yang saya kunjungi kemudian menghasilkan judul-judul puisi tersebut seperti pantai, gunung, dan lokasi lain. Tetapi saya enggak pernah menarget lokasi mana yang akan saya kunjungi, semuanya berproses secara alami. Pas kebetulan saya bepergian kebetulan ada ide,” kata dia.

Lebih lanjut ia menuturkan launching buku puisi sengaja dipilih di ruang umum agar lebih dekat dengan penikmatnya. Sesuai dengan acara Sudah Saatnya Buku Puisi Bisa Hadir Di Mana Saja dan Dimiliki Siapa Saja. Tak hanya buku puisi, pemilik nama Theopilus Yudi Setyawan ini sebelumnya telah menerbitkan novel tentang komodo berjudul Komodo Inside, buku kedua berupa Kumpulan Cerita Pendek (Kumcer) yang diterbikan oleh Kompas Gramedia. Saat ini ia juga sedang membuat Kumcer yang rencananya diterbitkan dalam waktu dekat.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif